Keluar Kandang, Silinca Tobek Panjang Siap Berlaga di Tepian Lubuok Sobae Baserah

TELUK KUANTAN - Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke 77 dan Pekan Budaya serta Festival Pacu Jalur Event Kebudayaan Kabupaten Kuantan Singingi di Kecamatan Kuantan Hilir Tanggal 10 sampai dengan 17 Agustus 2022 mendatang, warga dusun Tobek Panjang, desa Koto Taluk kecamatan Kuantan Tengah bergotong-royong menurunkan Jalur Silinca ke Sungai Kuantan pada Jum'at (12/08/2022) pagi.

Hal ini dilakukan untuk persiapan membawa Jalur Silinca Tobek Panjang ke gelanggang Tepian Lubuok Sobae kecamatan Kuantan Hilir, Baserah. Yang mana, Pacu Jalur Event Kebudayaan Kuantan Singingi (Kuansing) akan diselenggarakan pada tanggal 14 Agustus 2022. Jalur Silinca Tobek Panjang adalah salah satu peserta yang akan ikut berlaga pada pacu jalur event kebudayaan tersebut.

Ketua pengurus jalur Silinca Tobek Panjang, Muhammad Ali, Spd.,MM, menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada masyarakat warga desa Koto Taluk, para orang tua kampung dan pemuda yang telah berpartisipasi dalam giat menurunkan jalur Silinca Tobek Panjang ini, untuk memeriahkan HUT RI ke 77 dan Pekan Budaya serta Festival Pacu Jalur Event Kebudayaan Kabupaten Kuantan Singingi di Kecamatan Kuantan Hilir.

"Terimakasih kami ucapkan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu masyarakat desa Koto Taluk terkhusus warga dusun Tobek Panjang yang telah membantu dalam kegiatan menurunkan jalur kita ini ke sungai Kuantan. Mudah-mudahan dengan kerjasama dan semangat kita bersama ini menjadikan motivasi untuk meraih kejuaraan di Tepian Lubuok Sobae nanti, InsyaAllah," begitu kata ketua pengurus jalur Silinca Tobek Panjang Muhammad Ali.

Untuk itu, kata Muhammad Ali, "pada hari ini kita turunkan jalur kita, guna persiapan untuk membawa Jalur Silinca ke Tepian Lubuok Sobae Kuantan Hilir. Hari ini kita turunkan, dan besok hari Sabtu (13/08/2022) kita akan hilirkan jalur kita ini ke Kuantan Hilir, Baserah," kata Ketua pengurus Jalur Silinca Tobek Panjang Muhammad Ali.

Dalam hal ini, Muhammad Ali berpesan dan sangat berharap kepada masyarakat terutama generasi muda untuk mengacu pada nilai-nilai seni dan budaya kita sesuai dengan kearifan lokal yang berkembang di negeri kita kabupaten Kuansing.

“Kegiatan pacu jalur ini bernilai penting bagi kita dalam rangka seni dan budaya yang masih membudaya di tengah-tengah masyarakat Kuansing sampai saat ini. Pacu Jalur adalah sebuah warisan olahraga tradisional dari masyarakat Kuansing sejak ratusan tahun yang silam. Yang dahulu kala dikenal dalam semboyan Dayung Serempak Untung Serentak. Semoga Jalur kita Silinca Tobek Panjang mendapatkan penghargaan di laga pacu jalur event kebudayaan,“ kata Ketua pengurus jalur Silinca Tobek Panjang, Muhammad Ali, Spd.,MM menuturkan.

Menurut Muhammad Ali, festival pacu jalur event kebudayaan yang diselenggarakan di Baserah itu adalah salah satu cara Pemerintah Kuansing menggiring dan mengundang wisatawan baik lokal maupun mancanegara berdatangan ke negeri kita Kuansing sebagai Kota Jalur.

 

Prosesi Menurunkan Jalur Silinca Tobek Panjang

Sebelum di angkat dan dipindahkannya Jalur Silinca Tobek Panjang yang semula berada di dalam rumah jalur (tempat jalur yang dibuat seperti rumah agar terhindar dari hujan dan terkena sinar matahari) ke dalam sungai, terlihat jalur Silinca Tobek Panjang sudah dilakukan perawatan atau dicat ulang agar awet dan menarik.

Untuk menurunkan perahu (Jalur) dari daratan ke sungai, tentu bukanlah pekerjaan mudah. Berat perahu yang bertonase tinggi, tak mungkin bisa diangkat oleh satu dua orang saja. Butuh tenaga banyak untuk melakukan aktivitas ini.

Tradisi yang masih dijalani masyarakat Kuansing di tepian sepanjang sungai Indragiri sampai sekarang, yakni secara bersama-sama dengan semangat gotong royong menaikkan dan menurunkan jalur di sungai.

Meski dilakukan banyak orang, tak ada transaksi pembayaran jasa dalam kegiatan ini. Masyarakat secara bersama-sama dan penuh kesadaran, hanya mengandalkan semangat gotong royong dan membantu sesama.

Tak kalah menarik dari prosesi ini adalah, pembakaran sabut kelapa yang ditaburi kemenyan dan di asapi tepat di bagian bawah depan jalur, yang dilakukan oleh seseorang yang dipercayakan untuk menjaga pemeliharaan jalur.

Acara ritual ini berlangsung beberapa menit sebelum jalur diangkat dan digotong bersama untuk di bawa ke dalam sungai.

"Hal itu dilakukan hanya sebuah persembahan atau do'a, dalam artian meminta dan permohonan izin kepada sang Khalik yang awalnya bahan baku jalur ini adalah kayu besar di dalam hutan, ditebang dan dijadikan dalam bentuk jalur untuk diperlombakan. Pada hakikatnya pemilik kayu adalah Sang Pencipta dan kita kembalikan kepada sang Pemiliknya," begitu kata pemelihara jalur yang diketahui bernama Iyat.

Iyat juga mengatakan bahwa, "menang atau kalah dari sebuah pertandingan, itu biasa. Maka, yang menentukan semuanya adalah Allah Subhanahu wata'ala," kata Iyat sembari menunjukkan telunjuknya ke atas.

Adat, tradisi, dan budaya yang ada di Kota Jalur patut dan harus dikembangkan dan dilestarikan agar tidak luntur dan memudar hingga hilang ditelan waktu dan dimakan zaman.(*)






Tulis Komentar