Analisis Penanganan Banjir dan Abrasi di Kota Tembilahan & sekitarnya: Perspektif Islam, Sosial dan Tata kota
KILASRIAU.com - Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, menghadapi masalah serius berupa banjir dan abrasi yang mengancam kehidupan masyarakat, infrastruktur, dan kelestarian lingkungan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan perspektif agama, sosial, dan tata kota guna menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
_*A.Perspektif Islam: Menjaga Amanah Lingkungan.*_
Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi, yang memiliki tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan. Kerusakan yang terjadi akibat aktivitas manusia, seperti alih fungsi hutan mangrove, pembuangan sampah sembarangan, dan penambangan pasir ilegal, bertentangan dengan ajaran Islam.
- Mantan Pejabat Desa Diduga Jual Tanah Milik Masyarakat, Kelompok Tani Mengadu ke DPRD Inhil
- Kodim Inhil Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Dusun Nibul Desa Batu Ampar
- Pemda Inhil lakukan Evakuasi terhadap warga korban banjir kemuning
- Pj. Bupati Inhil Tinjau dan Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Kemuning
- Mafirion Berikan Bantuan kepada Korban Banjir di Kemuning
Nilai-Nilai Islam dalam Penanganan Lingkungan.
_1.Manusia sebagai Khalifah Penjaga Bumi._
Allah Swt berfirman ;
_"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."_
(Al-A'raf : Ayat 56)
Eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab, seperti penebangan hutan mangrove, melanggar prinsip ini. Penanaman kembali mangrove atau rehabilitasi sungai dapat dianggap sebagai bentuk ibadah dan tanggung jawab moral.
_2.Amal Jariyah melalui Rehabilitasi Ekosistem._
Rasulullah SAW bersabda:
_"Jika seorang muslim menanam pohon atau menabur benih, lalu ada burung, manusia atau hewan memakan darinya , maka itu adalah sedekaj baginya."_
(HR.Bukhari dan Muslim)
Program penanaman mangrove dan penghijauan dapat dilakukan dengan melibatkan umat sebagai bentuk amal jariyah.
_3.Pendidikan dan Dakwah Lingkungan._
Ulama dan masjid dapat menjadi pusat penyadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.
Melalui sarana ceramah/ dakwah dan khutbah Jum'at dapat menanamkan nilai pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sebagai ibadah kepada Allah.
_*B.Perspektif Sosial: Membangun Kesadaran dan Solidaritas.*_
Masalah banjir dan abrasi tidak hanya berdampak pada aspek lingkungan, tetapi juga memengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Kelompok masyarakat yang rentan, seperti nelayan, petani, dan masyarakat berpenghasilan rendah, biasanya paling terdampak oleh bencana ini.
Pentingnya Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
_1.Kesadaran Kolektif._
Pendidikan lingkungan perlu diperkuat melalui sekolah, komunitas lokal, dan program pemerintah. Kampanye pengelolaan sampah, penghijauan, dan tanggap bencana harus menjadi gerakan kolektif.
_2.Solidaritas Sosial._
Komunitas lokal dapat membentuk kelompok siaga bencana untuk menangani banjir dan abrasi.
Gotong royong membersihkan drainase dan menanam mangrove dapat meningkatkan solidaritas sekaligus mengurangi risiko bencana.
_3.Keadilan Sosial._
Pemerintah harus memastikan kelompok rentan mendapat perlindungan dan bantuan, seperti relokasi dari wilayah rawan abrasi atau bantuan ekonomi pasca-bencana.
_Dampak Sosial Banjir dan Abrasi._
Migrasi Penduduk: Abrasi menyebabkan banyak keluarga harus pindah, memicu masalah sosial seperti pengangguran dan akses terbatas terhadap fasilitas dasar.
Kehilangan Aset dan Penghasilan: Nelayan kehilangan tempat tinggal, petani kehilangan lahan subur, dan masyarakat kota menghadapi banjir yang mengganggu aktivitas ekonomi.
_*C.Perspektif Tata Kota: Penataan yang Berkelanjutan.*_
Dari sudut pandang tata kota, masalah banjir dan abrasi di Tembilahan menunjukkan perlunya perencanaan kota yang lebih baik. Beberapa solusi tata kota yang relevan adalah sebagai berikut:
_.Rehabilitasi dan Peningkatan Infrastruktur._
_1 Rehabilitasi Drainase Kota._
Sistem drainase yang ada harus diperbaiki agar mampu mengalirkan air hujan dan air sungai dengan baik.
Perawatan rutin dan peningkatan kapasitas drainase diperlukan untuk mencegah genangan.
_2.Pembangunan Kolam Retensi._
Kolam retensi di lokasi strategis dapat menampung air hujan secara sementara, sehingga mengurangi beban pada drainase perkotaan.
_3.Penguatan Tanggul dan Breakwater._
Tanggul pesisir harus diperkuat untuk mengatasi banjir rob akibat kenaikan permukaan air laut.
Breakwater (pemecah gelombang) dapat dibangun di sepanjang garis pantai untuk mengurangi dampak gelombang laut yang menyebabkan abrasi.
_Pengelolaan Zonasi dan Ruang Terbuka Hijau._
_1 Zonasi Wilayah Rawan Bencana._
Kawasan pesisir dan bantaran sungai yang rawan banjir dan abrasi harus diatur dengan zonasi khusus, seperti zona konservasi atau zona terbatas pembangunan.
_2.Penghijauan Perkotaan dan Rehabilitasi Ekosistem._
Penanaman pohon di area kota dan bantaran sungai dapat membantu mencegah erosi.
Hutan mangrove yang rusak harus direhabilitasi untuk melindungi garis pantai.
_*D.Rekomendasi Holistik.*_
_*Pendekatan Islam-Sosial-Tata Kota.*_
_1.Kolaborasi Pemerintah, Ulama, dan tokoh masyarakat._
Pemerintah daerah perlu bermitra dengan ulama dan komunitas lokal untuk menyelaraskan pembangunan kota dengan nilai agama dan kebutuhan sosial.
_2.Edukasi dan Kesadaran Lingkungan._
Program edukasi yang melibatkan masjid, sekolah, dan media sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
_3.Infrastruktur Ramah Lingkungan._
Pembangunan kota harus berorientasi pada keberlanjutan, seperti penggunaan material ramah lingkungan dan teknologi hemat energi.
_4.Pengawasan dan Penegakan Hukum._
Aktivitas ilegal seperti penebangan mangrove dan penambangan pasir harus dihentikan melalui pengawasan ketat dan sanksi tegas.
Penanganan banjir dan abrasi di Kota Tembilahan dan sekitarnya membutuhkan pendekatan lintas disiplin yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam, kepedulian sosial, dan perencanaan tata kota. Islam memberikan landasan moral untuk menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah, sementara pendekatan sosial memastikan keterlibatan masyarakat dan keadilan bagi kelompok rentan. Dari sudut pandang tata kota, solusi berbasis infrastruktur dan perencanaan ruang adalah kunci untuk menciptakan kota yang lebih tahan terhadap bencana.
Dengan sinergi antara semua pihak, Kota Tembilahan dan sekitarnya dapat mengatasi tantangan ini dan membangun masa depan yang lebih aman, lestari, dan berkeadilan.
Tulis Komentar