Titi Wati Berbobot 350 Kg, Tak Bisa Lagi Berdiri

Titi Wati, wanita 350 kg asal Palangkaraya. (Kaltengpos)

KILASRIAU.com - Titi Wati hanya bisa tengkurap. Sesekali berbaring ke kiri dan ke kanan. Sesekali dia menggerakan kepala dan tangannya. Itupun hanya sebatas pergelangan tangan. Ya, hanya itu yang bisa dilakukannya.

SUDAH hampir enam tahun terakhir, seluruh aktivitas perempuan berusia 37 tahun itu hanya dihabiskan di satu tempat. Mulai dari tidur, berkomunikasi, makan, minum hingga mandi dan buang air. Dia tak bisa lagi bangkit berdiri layaknya orang lain.

Saat wartawan Kalteng Pos Online menyambangi rumah kontrakannya di Gang Bima, Jalan G Obos XXV Palangka Raya, Senin (7/1/2019), meskipun sambil tengkurap, Titi dan Herliana, menyambut kedatangan dengan ramah.

Di ruang tengah rumah kontrakan yang berukuran tidak terlalu besar itu pula, sejak 2013 silam Titi mulai menghabiskan hari-harinya di tempat tidur tanpa kasur. Hanya beralaskan karpet.

Semua itu akibat bobot badannya yang sudah melebihi normal. Ya, kini diperkirakan berat badan Titi Wati memang sudah lebih dari 350 kilogram. Kondisi itulah yang membuatnya tak bisa lagi kemana-mana.

Dengan bobot badan itu, membuat Titi Wati diperkirakan menjadi wanita perempuan tergemuk di Provinsi Kalimantan Tengah, bahkan Indonesia.

Sambil dengan mata sedikit menerawang dan memegang sehelai foto berukuran 8R yang dilaminating, Titi pun mulai menceritakan ikhwal kondisi yang dialaminya.

“Saya mengalami kelebihan berat badan sudah sekitar enam tahun belakangan ini, tepatnya mulai tahun 2013,” ujar Titi mengawali ceritanya.

Titi Wati wanita 350 kg asal Palangkaraya

Titi Wati, wanita 350 kg asal Palangkaraya. (Kaltengpos)

Sebelum mulai mengalami obesitas, tutur Titi, dia memiliki badan yang normal seperti perempuan-perempuan lainnya. Bahkan bisa dikatakan cukup ideal.

“Awalnya berat badan saya paling tinggi 60 Kg. Kemudian mulai 2013 itu naik drastis, hingga saat ditimbang mencapai 167 Kg,” ujarnya sambil memperlihatkan foto saat dirinya masih dengan badan normal.

Dari waktu ke waktu, berat badan Titi terus bertambah. Hingga akhirnya membuat dirinya tak bisa lagi bergerak leluasa. Untuk mengubah sedikit posisinya pun, Titi harus dibantu oleh putrinya, Herliana.

Untuk mengatasi kebosanan, menurut Titi, hanya diisi dengan bercengkrama bersama putri semata wayang, nonton televisi, dan karaoke. Setiap malam dia tidur sekitar pukul 24.00 WIB dan bangun saat dinihari.

Titi memang hanya tinggal berdua bersama Herliana yang berusia 19 tahun. “Suami saya kerja di Tangkiling, kerja kayu. Pulang ke rumah paling hanya sebulan sekali,” kata Titi menceritakan aktivitas suaminya yang bernama Edy (56).

Meski jarang pulang, menurut Titi, suaminya tetap rutin mengirimkan nafkah bagi dirinya dan Herliana.

“Ya, karena tempat kerjanya jauh, jadi jarang pulang. Kalau bukan suami saya, siapa lagi yang nafkahi kami berdua. Karena saya tidak bisa bekerja, bahkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari saja, saya harus dibantu anak saya,” lanjut Titi.

Sementara Herliana pun terpaksa harus putus sekolah di kelas 2 SMP karena harus merawat sang bunda setiap hari.

Saat ditanya ikhwal penyebab obesitas yang dialaminya, Titi mengaku tidak tahu persis. Karena menurutnya, jika melihat dari porsi makan sehari-hari, masih dalam batas normal sama seperti kebanyakan orang lainnya.

Namun dia mengakui, kebiasaannya yang diduga menjadi penyebab berat badannya bertambah drastis dalam waktu relatif cepat adalah karena sering ngemil dan meminum minuman dingin (es) serta makanan goreng-gorengan.

“Tapi kalau gorengan tidak terlalu banyak, sehari paling empat. Namun untuk makanan ringan dan minuman dingin, itu yang saya tidak bisa lepas, hampir setiap minum selalu air es atau yang dingin,” tuturnya.

Titi Wati. wanita 350 kg di Palangkaraya. (ndorobeii)

Titi Wati. wanita 350 kg di Palangkaraya. (ndorobeii)

Dengan kondisi berat badan yang sudah jauh melebih batas normal itu, Titi tidak mampu lagi untuk berdiri apalagi berjalan. Bahkan untuk duduk pun, dia tak sanggup lagi.

“Kalau saya memaksakan untuk berdiri, maka semua tulang akan berbunyi seperti tidak mampu menopang berat tubuh saya. Maka dari situ saya tidak berani lagi memaksakan berdiri maupun duduk,” ucapnya.

Sejak awal mengalami kenaikan berat badan, sebut Titi, dirinya tidak pernah memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit.

Dia mengaku, meski sempat merasa minder dengan kondisi tubuhnya, namun seiring waktu serta dukungan dari sang suami dan anaknya, Titi akhirnya bisa menerima dengan lapang dada.

Titi Wati juga mengungkapkan keinginannya untuk bisa sembuh dan normal kembali seperti semula. Namun dengan kondisi ekonomi keluarga yang hanya pas-pasan, Titi tak bisa berbuat banyak. Dia kini hanya bisa berharap adanya dermawan atau bantuan pemerintah agar bisa beroba






Tulis Komentar