AS Sebut Tak Ada Mitra Dagang Memanipulasi Mata Uang

Ilustrasi

KILASRIAU.com -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa tak ada mitra dagang utama mereka yang memenuhi kriteria yang termasuk melakukan manipulasi mata uangnya. Kendati demikian, sembilan negara, termasuk China dinilai membutuhkan perhatian penuh di tengah upaya Washington menekan mitra dagangnya melalui tarif dan negosiasi untuk mengatasi defisit perdagangan.

Departemen Keuangan, dalam laporan semi-tahunan kepada Kongres, mengatakan bahwa mereka meninjau kebijakan dari 21 mitra dagang utama AS. Dari tinjauan tersebut, mereka menemukan bahwa sembilan memerlukan perhatian penuh karena praktik mata uang, yakni China, Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

"Tidak ada mitra dagang utama AS yang memenuhi kriteria legislatif 2015 yang relevan untuk meningkatkan analisis terkait manipulator mata uang," jelas Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan," seperti dikutip dari Reuters, Rabu (29/5).

"Departemen keuangan AS akan terus meningkatkan keterlibatan bilateral dengan China terkait masalah nilai tukar, mengingat bahwa RMB (yuan) telah turun terhadap dolar sebesar 8 persen dibandingkan tahun lalu dalam konteks surplus perdagangan bilateral yang sangat besar dan melebar," Sekretaris Steven Kata Mnuchin dalam pernyataan itu.
Presiden AS Donald Trump telah memberlakukan tarif impor Tiongkok senilai US$200 miliar dan memulai proses pengenaan tarif terhadap barang-barang China senilai US$ 300 miliar.

Pembicaraan untuk mengakhiri sengketa perdagangan antara kedua negara runtuh awal bulan ini, dengan kebuntuan negosiasi antara keuda belah pihak. AS menuntut agar China mengubah kebijakannya untuk mengatasi sejumlah keluhan utama AS, termasuk pencurian kekayaan intelektual dan subsidi untuk perusahaan negara.

Departemen Keuangan mengatakan Washington percaya intervensi valuta asing langsung oleh People's Bank of China pada tahun lalu lebih terbatas.
 


Menurut Mnuchin, China perlu agresif mengatasi penyimpangan pasar dalam bentuk subsidi dan keberpihakan pada perusahaan milik negara. Ia juga menilai fundamental ekonomi yang membaik akan mendukung yuan yang lebih kuat dan membantu mengurangi surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat.






Tulis Komentar