Raihan Laba Bank BUMN Kuartal I 2019 Melambat

Ilustrasi

KILASRIAU.com -- Raihan laba bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN pada kuartal I 2019 ini cenderung melambat dibandingkan dengan capaian laba pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi laba bersih, BNI mengantongi kenaikan laba bersih paling tinggi, sebesar 11,5 persen secara year on year (yoy) dari Rp3,66 triliun menjadi Rp4,08 triliun. Namun, kenaikan laba BNI lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar 13,3 persen. 

Lalu, BRI menempati posisi kedua dengan kenaikan laba bersih sebesar 10,42 persen (yoy) dari Rp7,42 triliun menjadi Rp8,20 triliun. Sama dengan BNI, pertumbuhan laba BRI turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar 11,4 persen. 

Kemudian, BTN membukukan kenaikan laba bersih sebesar 5,67 persen (yoy) dari Rp684 miliar menjadi Rp723 miliar. Pertumbuhan laba BTN pada tiga bulan pertama ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 15,13 persen. 

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menambahkan kinerja perbankan BUMN masih sesuai dengan ekspektasi. Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan karena perbankan memanfaatkan fasilitas pelonggaran likuiditas yang diberikan oleh Bank Indonesia (BI). 

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan kondisi ini disebabkan penurunan Net Interest Margin (NIM) atau marjin bunga bersih. "Kalau melambat wajar, karena secara absolut angkanya lebih besar. Penyebab utamanya dari NIM yang turun," katanya Rabu (24/4). 

Ia mengatakan penyaluran kredit di tengah tekanan likudititas. Hal tersebut menekan pertumbuhan NIM. "Hasilnya adalah profitabilitas (NIM) semuanya mengalami tekanan," kata Frederik. 

Dari sisi penyaluran kredit, ketiga bank tersebut berhasil mencatatkan pertumbuhan hingga double digit. BNI berhasil mencatat pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 18,6 persen (yoy) dari Rp439,46 triliun menjadi Rp521,35 triliun. Sementara, pertumbuhan penyaluran kredit BRI tercatat sebesar 12,91 persen dari Rp757,68 triliun menjadi Rp855,47 triliun. 

Sedangkan, BTN mencatatkan kenaikan penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar 19,57 persen (yoy) dari Rp202,5 triliun menjadi Rp242,13 triliun. 

"Harapannya pada kuartal II bisa recover(pulih), namun level NIM yang sudah turun cukup drastis sepertinya akan susah untuk kembali. Sebab likuiditas saat ini masih banyak di obligasi pemerintah," imbuh dia. 

Meski kredit bertumbuh, tiga bank plat merah itu masih menjaga angka kredit macet atau non performing loan (NPL) di level aman. NPL BNI tercatat pada posisi 1,9 persen, NPL BRI pada posisi 2,41 persen, dan NPL BTN pada posisi 2 persen. Posisi NPL itu masih jauh di bawah ambang batas atas NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5 persen. 

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), ketiga bank juga berhasil menghimpun pertumbuhan double digit. BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 16,8 persen (yoy) yaitu dari Rp492,90 triliun menjadi Rp575,75 triliun. 

Lalu, DPK BRI naik 13,18 persen (yoy) dari Rp827,06 triliun menjadi Rp936,03 triliun. Sedangkan BTN mencatat kenaikan DPK sebesar 10,98 persen dari Rp194,48 triliun menjadi Rp215,82 triliun. 


Seperti diketahui, bank sentral telah merilis beleid baru terkait rasio intermediasi makroprudensial (RIM) pada awal April. RIM bank konvensional dan bank syariah yang sebelumnya berada di kisaran 80-92 persen, kini meningkat menjadi 84-94 persen. 

"Karena BI sedikit melonggarkan mulai dari RIM dilonggarkan dan BI juga melakukan repo (), sehingga terjadi pelonggaran likuiditas dan pelonggaran likuiditas lebih banyak dinikmati oleh bank-bank besar sehingga bank besar memiliki kesempatan lebih banyak untuk menyalurkan kreditnya tahun ini," katanya. 

Meski cenderung melambat pada kuartal pertama ini, ia meyakini bank-bank BUMN bisa kembali menggenjot labanya tahun ini. "Pertumbuhannya tahun ini akan lebih besar dari tahun lalu," tandasnya.






Tulis Komentar