Dinamika LGBT Terkini Terkait Pendapat Psikologi

Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya.

KILASRIAU.com - Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya.

Akhir-akhir ini LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgander) hangat diperbincangkan ranah nasional maupun internasional. Kaum LGBT mulai berani mengekspresikan dirinya di media sosial maupun dunia nyata.

Fenomena LGBT di Indonesia sendiri masih menjadi pro dan kontra bagi berbagai kelompok, begitu juga dengan regulasi mengenai LGBT di Indonesia yang masih belum jelas arahnya. Perilaku “menyimpang” kaum LGBT tentu tidak bisa diterima begitu saja, karena selalu ada alasan- alasan mendasar dari masyarakat untuk menolak pelaku dan perilaku seksual menyimpang, baik itu didasari atas ajaran agama maupun budaya
Sekitar lebih dari satu decade terakhir, isu tentang lesbian, gay,biseksual dan transgender, atau dikenal dengan istilah LGBT, mengemuka di dunia.

Dikutip beberapa sumber bacaan, orientasi menyimpang seksual atau yang dikenal sebagai LGBT kian hari kian meningkat persentasenya di Indonesia. saat ini, fenomena LGBT menjadi isu yang sering diperbincangkan di tengah masyarakat dengan beredarnya promosi, iklan, atau hanya sekadar sudut pandang perorangan mengenai LGBT di media sosial, ditambah eksistensi LGBT sendiri yang masih hangat dikancah internasional terkait keberlangsungan ajang piala dunia 2022 di Qatar yang masih tercium sampai hari ini.

Salah satu fenomena yang masih menyinggung LGBT adalah euforia piala dunia 2022 yang diadakan di Qatar belum lama ini. Hal ini menjadi pernak-pernik dan kehebohan untuk aksi kesebelasan berbagai negara. Namun  terlepas dari hal itu, piala dunia 2022 ini menorehkan warna baru yang patut untuk dicermati lebih dalam lagi karena terpantau adanya kebebasan dalam promosi orientasi menyimpang seksual atau LGBT.

"Ini merupakan proses yang panjang dan sulit. Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini saya menyadari bahwa saya lebih suka hidup bersama dengan seorang pria. Saya mengungkapkan hal ini karena saya ingin memindahkan diskusi tentang homoseksualitas di kalangan olahragawan profesional," kata Hitzlsperger ketika itu, dilansir dari salah satu media jerman terupdate.l, Die Zeit.

Selain itu media  nasional pun turut update terkait perkembangan LGBT terkini. Dilansir dari salah satu media nasional, riaupos.jawapos.com, menyatakan bahwasanya ketua lgbt di Indonesia pun berasal dari Riau.

"Saya bahkan dapat informasi, Ketua LGBT Indonesia itu berasal dari Riau. Ini sangat memalukan kita sebagai orang Melayu," rutuk Syamsuar saat menyampaikan sambutan pada Gerakan Salat Subuh Berjamaah (GSSB), Ahad (20/11/2022) pagi di Masjid Raya Nurul Wathan Provinsi Riau, Jalan Siak II, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru.

Dilansir dari media OkeZone.com, Psikolog Klinis dan Hipnoterapi, Liza Marielly Djaprie menerangkan, dalam ilmu psikologi dan kamus besar kejiwaan, LGBT tidak masuk dalam gangguan jiwa yang dialami seseorang. Kondisi yang mereka alami dianggap keunikan pada diri orang tersebut.

“Ada orang yang memang terlahir memiliki bawaan lesbian atau homoseksual, namun karena lingkungan mereka tidak ada yang demikian, maka mereka menjadi heteroseksual. Tapi ada pula yang sebaliknya, terlahir sebagai heteroseksual, namun berada di lingkungan homoseksual, jadi mereka mencari pasangan sesama jenis,” lanjut wanita lulusan Magister Psikologi Dewasa Universitas Indonesia ini.

“Sama halnya seperti kepribadian introvert atau ekstrovert. Masuk ke dalam karakter bukan bentuk penyakit,” jelas Liza saat berbincang dengan Okezone, Selasa (26/1/2016).

Untuk itu, bagi mereka yang bisa dan ingin diarahkan ke budaya masyarakat normal (pasangan berbeda jenis) maka dapat mengikuti terapi. “Terapi di sini bukan karena LGBT sakit. Sama seperti orang introvert, mereka bisa diterapi untuk lebih mampu membuka diri. LGBT bisa mengikuti terapi konseling, hipnoterapi, atau metode belajar,” tutupnya.

Seperti yang kita ketahui, LGBT telah merambah keseluruhan penjuru, baik dikancah internasional, nasional bahkan lokal. Dinamika lgbt yang terus menerus berkembang dan tidak terlepas dari pro dan kontra juga menjadi salah satu celah bagi para pelaku seks menyimpang mendapat kesempatan untuk promosi. Dari itulah sudah seharusnya pemerintah baik ditingkat internasional, nasional maupun loka sebaiknya mulai bergerak dengan maksimal dalam menangani masalah LGBT ini. Karena berkembangnya LGBT juga akan mempengaruhi substansi lain, terutama terhadap kasus penularan HIV/AIDS yang terus bertambah.

Nama : Nilna Muna Rosadi






Tulis Komentar