Hari Mangrove Sedunia 2025 Diperingati di Belaras Barat: Edukasi dan Budaya Pesisir Gaungkan Cinta Mangrove

KILASRIAU.com, Belaras Barat, Mandah – Peringatan Hari Mangrove Sedunia 2025 di Desa Belaras Barat, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, berlangsung semarak pada Sabtu, 26 Juli 2025. 

Kegiatan ini digagas oleh Yayasan BDPN bersama Pemerintah Desa Belaras Barat serta sejumlah organisasi mahasiswa, di antaranya GREENOMOS, BEM UNISI, HMI Cabang Tembilahan, dan Indonesia Youth Epicentrum.

Dengan mengangkat tema “Jangan Tunggu Rusak Baru Pulih”, kegiatan diisi dengan susur hutan mangrove, penanaman 1.000 bibit mangrove, pentas seni anak-anak, serta peluncuran maskot edukatif bernama RAJALESA (Rajawali Penjaga dan Pelestari Ekosistem Mangrove dan Pesisir).

“Memulihkan ekosistem itu mahal dan memakan waktu lama. Karena itu, kampanye ini fokus pada penjagaan sejak dini, terutama melalui pendidikan anak-anak,” ujar Direktur Yayasan BDPN, Zainal Arifin Hussein.

Gagasan Pesantren Ekologi dari Belaras Barat

Peringatan ini juga menandai lahirnya gagasan pendirian Pondok Pesantren Ekologi Al-Furqan. Gagasan ini lahir dari kolaborasi antara Zainal Arifin Hussein dan Atan Herman, Kepala Desa Belaras Barat.

Atan Herman sebelumnya telah mendirikan SMP dan SMA Islam Terpadu Al-Furqan sebagai jawaban atas keterbatasan akses pendidikan di daerah pesisir. Kini, melalui sinergi dengan konsep pendidikan ekologi yang dibawa Yayasan BDPN, sekolah-sekolah ini akan dikembangkan menjadi pusat pendidikan berbasis spiritualitas, tradisi lokal, dan pelestarian lingkungan.

 “Kami ingin anak-anak tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga mencintai alam sejak kecil,” kata Atan Herman.

RAJALESA: Maskot Ramah Anak untuk Edukasi Lingkungan

Dalam kegiatan ini, maskot RAJALESA diperkenalkan sebagai media kampanye edukatif untuk anak-anak. Sosok rajawali dengan ikat kepala merah putih dan perisai bertuliskan “Save Mangrove” digunakan dalam sesi menggambar, mendongeng, dan simulasi penyelamatan lingkungan.

Melalui pendekatan kreatif, anak-anak dikenalkan pada pentingnya menjaga ekosistem mangrove sejak dini.

Peran Mahasiswa dan Budaya Lokal

Para mahasiswa dilibatkan langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan. Kegiatan seperti ecotour, camping, dan tadabbur alam menjadi bagian dari proses belajar yang bermakna.

 “Ini bukan sekadar jalan-jalan ke alam, tapi proses yang membuka mata tentang pentingnya menjaga ekosistem,” ujar Naufal Faskal Rifai, Presiden BEM UNISI yang juga Ketua Pelaksana acara.

Di sisi lain, anak-anak menampilkan tari pesisir, pantun ekologis, serta produk lokal berbasis hasil mangrove. Kegiatan ditutup dengan pembacaan Ikrar Anak Pesisir untuk Mangrove Lestari di halaman pesantren yang menjadi simbol semangat baru dari desa.

Dukungan Pemerintah: Dari Kredit Karbon hingga Green Policing

Gubernur Riau Abdul Wahid turut memberikan dukungan terhadap perlindungan ekosistem melalui inisiatif investasi karbon yang bekerja sama dengan lembaga ART TREES. Langkah ini membuka peluang ekonomi baru dari pelestarian lingkungan.

Namun demikian, masyarakat berharap agar manfaat ekonomi dari skema kredit karbon dapat dirasakan langsung oleh warga desa yang menjaga hutan, bukan oleh pemegang izin PBPH yang dianggap menimbulkan keresahan.

Kapolda Riau juga mendapat apresiasi atas gagasan Green Policing, yang memadukan penegakan hukum dengan perlindungan lingkungan. Sementara itu, Bupati Indragiri Hilir menyatakan komitmennya untuk membatasi penggunaan kayu mangrove untuk pembangunan, dan akan mendorong regulasi ramah lingkungan.

Pesan Bersama: Jangan Tunggu Rusak Baru Pulih

Peringatan Hari Mangrove Sedunia 2025 di Belaras Barat menjadi penanda gerakan kolektif untuk menjaga ekosistem mangrove.

“Mangrove bukan hanya pohon, tapi nafas desa kami. Menjaganya adalah menjaga kehidupan. Jangan tunggu rusak baru pulih, jangan tunggu musibah baru bergerak,” seru seluruh peserta dalam penutupan acara.

 






Tulis Komentar