Orangtua Korban Kecelakaan Maut Harap Pembatas Flyover Jembatan Goyang Dibenahi

KILASRIAU.com, - Mutohar (47), orang tua korban kecelakaan maut di Flyover Jembatan Goyang, Pademangan, Jakarta Utara berharap celah pembatas flyover dibenahi. Menurut Mutohar celah tersebut kerap memakan korban jiwa.

"Betul. Kejadian di situ bukan yang pertama terjadi. Dulu saya pernah punya video orang yang jatuh di situ. Dan beberapa kali juga terjadi," kata Mutohar saat ditemui di kediamannya di Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Selasa (29/11/2022).

"Di sini juga ada yang jatuh juga, kebtulan saya kenal. Hampir semua yang jatuh ke bawah meninggal," imbuhnya.

Mutohar meminta celah pembatas di kedua sisi flyover tersebut ditutup menggunakan beton. Dia tidak ingin kejadian nahas yang menimpa anaknya dialami orang lain.

"Jadi harapan besarnya pemerintah tanggap dengam kondisi seperti itu untuk menutup celah. Kecelakaan itu tidak ingin terjadi. Tapi akan terjadi pada siapapun. Makanya untuk menghindari kecelakaan itu tolong ditutup yang celah itu," harap dia.

"Pakai apapun. Kalau seandainya pakai corcoran itu mahal, bisa pakai papan atau triplek. Jadi misal ada yang kecelakaan tidak sampai jatuh ke bawah," jelasnya.

Sebagai informasi kecelakaan itu menimpa dua orang pria. Keduanya yakni kakak beradik berisial IM (20) dan IA (18). IM meninggal dunia setelah mengalami luka di bagian muka dan kepala.

Mutohar menjelaskan IM dan AM hendak pulang ke kediamannya di Tanjung Priok. Kedua anaknya sempat memberi kabar sebelum kecelakaan terjadi.

"Dari rumah ke Pademangan. Kejadiannya saat mau kembali ke rumah, lewat flyover. 5 menit sebelumnya saya sudah menelepon, kondisinya baik-baik saja di Pademangan. Nah saya suruh pulang hati-hati di jalan," tambahnya.

Usai melakukan komunikasi dengan anaknya, Mutohar mematikan data seluler handphone miliknya. Saat diaktifkan dia mengaku mendapat banyak panggilan dari keluarga.

"Begitu saya aktifkan panggilan HP banyak. Dari keluarga saya semua. Pasti ada yang nggak beres. Bener, anak saya kecelakaan," aku dia.

Mutohar kemudian dihubungi oleh warga yang menelpon menggunakan HP anaknya. Dia kemudian menghubungi ambulans dan langsung menuju flyover jembatan goyang.

"Jadi orang yang pertama menelepon itu yang ada di situ menyaksikan anak saya jatuh tapi menggunakan HP anak saya. Itu pas kejadian. Jadi anak saya yang kedua dari atas melompat ke bawah. Spontan ke bawah," tututnya.

"Saya hubungi ambulans untuk mengevakuasi anak saya. Tapi setelah di lokasi sudah ada 2 unit ambulans dari Pemkot Jakarta yang bertugas di wilayah utara. Anak saya yang pertama sudah diletakkan di tandu. Posisi sudah ada selang oksigen dan infus di badan baru dibawa ke RS Koja," jelasnya.

Nahas saat di perjalanan nyawa IM tak tertolong. Dia mengalami luka di bagian muka dan kepala.

"Saya ke lokasi melihat langsung kondisi anak saya langsung telepon keluarga besar minta doakan. Dan 10 menit kemudian yang kritis itu tidak ada," aku dia.

IM sendiri di mata Mutohar merupakan anak yang supel. Para orang terdekatnya kata Mutohar merasa kehilangan saat IM dinyatakan meninggal dunia.

"Penilaian orang yang bertakziah selalu mengatakan dia (almarhum) supel, gampang gaul dan selalu bertegur sapa dan gampang senym. Makanya kemarin tetangga banyak datang ke rumah sampai menangis. Temennya banyak juga. Itu pribadinya," ucapnya.

"Pribadinya juga agak sedikit introvert tapi tidak suka iseng dengan orang lain," lanjut Mutohar.






Tulis Komentar