PKRS Puri Husada Tembilaha Gelar Sosialisasi dan Pemberian Cendera Mata Untuk Pasien TB

KILASRIAU.com - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Puri Husada Tembilaha menggelar sosialisasi dan menyerahkan bingkisan untuk para pasien, Kamis (24/03/22).

 

Dr. Aleksis, Sp.P (Spesialis Paru) PH Tembilahan selaku narasumber mengatakan dengan adanya Hari Tuberkulosis Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahayanya penyakit tuberkulosis. Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia. Bahkan, menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak

ada 614.425 kasus TB yang tidak berhasil ditemukan atau tidak terlaporkan sepanjang 2021. Dan ada 194.375 kasus TB tidak berhasil diobati dengan baik, artinya kasus-kasus itu masih sakit dan juga masih mungkin menularkan ke orang lain.

 

"Oleh karena itu momen ini menjadi penting bagi seluruh masyarakat agar lebih menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit TBC. Hari Tuberkulosis Sedunia adalah kesempatan untuk fokus pada orang-orang yang terkena penyakit ini dan menyerukan tindakan untuk mengakhiri penderitaan dan kematian TBC, terutama di tengah krisis COVID-19 yang sedang berlangsung. Apa lagi WHO Global TB Report 2021, salah satu faktor risiko tertinggi penyebab penyakit TBC adalah kurang gizi. TBC dan stunting merupakan hal yang tidak terpisahkan, sehingga sangat penting untuk dilakukan harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030 dan Penurunan Prevalensi Stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024," jelas Dr. Aleksis.

 

Lebih lanjut, Dr. Aleksis, Sp.P (Spesialis Paru) PH Tembilahan menuturkan Tuberculosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Bukan penyakit keturunan, bukan disebabkan oleh kutukan atau karena guna-guna. Kuman TB dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, yang paling sering terkena adalah paru. Karena 

TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50% dari pasien TB akan meninggal setelah 5 tahun.

 

"Seperti yang saya jelaskan di awal kasus TB di dunia meliputi beberapa negara pertama di India, ke dua Indonesia, tiga China, empat Filipina, dan terakhir di negara Pakistan. Gejala penyakit TB adalah, batuk disertai dahak terus menerus selama 2 Minggu atau lebih. Gejala tambahan badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan. Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan, dahak bercampur darah, batuk berdahak, sesak nafas dan rasa nyeri dada," paparnya. 

 

Lebih lanjut disebutkan Dr Aleksis bahwa TB bisa menular terutama bila dalam dahak pasien ditemukan kuman TB. Kuman TB keluar ke udara pada saat penderita TB batuk, bersin, atau berbicara.

 

"Kuman TB terhirup oleh orang lain melalui saluran pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Di dalam tubuh, kuman TB dilawan oleh daya tahan tubuh, jika daya tahan tubuh lemah, orang tersebut menjadi sakit TB, tetapi jika daya tahan tubuh kuat, orang tersebut tetap sehat," ungkapnya.

 

Resiko penularan Tuberculosis, pasien TB paru dengan BTA positif memberikan resiko penularan lebih besar dari pada pasien TB paru dengan BTA negatif. Resiko seseorang terpapar kuman TB ditentukan oleh jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

 

"Jika ada pasien TB BTA positif maka harus dilakukan pemeriksaan kontak serumah yang memiliki gejala TB," sebutnya.

 

Sedangkan orang yang beresiko tinggi terkena TB, beberapa diantaranya adalah, orang yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif yang belum diobati, orang yang status gizinya rendah, orang yang daya tahan tubuh rendah, bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif, orang dengan penyakit kencing manis HIV dan Aids.

 

"Penyakit TB dipastikan dengan pemeriksaan dahak. Dahak sewaktu datang ke puskesmas/RS, dahak pagi ketika bangun tidur, dahak sewaktu datang ke puskesmas/RS pada hari ke 2," paparnya.

 

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Efek samping obat pada sebagian pasien TB dapat menimbulkan beberapa efek samping, diantaranya sebagai berikut; Gatal dan kemerahan di kulit, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri perut, diare, nyeri sendi,nyeri tulang, kesemutan, telinga mendengung, kulit kekuningan Hepatitis. Air seni berwarna merah bukan efek samping obat tetapi akibat normal karena minum OAT.

 

"Meskipun meminum obat-obatan ini memberikan efek samping bagi pasien itu wajar wajar saja karena setiap pasien memiliki daya tubuh dan imun yang berbeda. Untuk itu, membutuhkan keterampilan dalam merawat pasien TB hingga sembuh, seperti minum obat teratur dan benar sesuai anjuran dokter selama 6 bulan, Melibatkan anggota keluarga untuk mengawasi dan memastikan penderita TB minum obat dengan teratur dan benar," paparnya. 

 

Dr Aleksis, menambahkan jika semua proses pengobatan ini dilakukan dengan benar dan teliti maka ke sembuh akan berhasil. Kemudian hasil pemeriksaan ulang dahak pada akhir pengobatan (bulan ke-6) tidak ditemukan kuman lagi (negatif). Kemudian tidak ada lagi Keluhan berkurang atau hilang, Berat badan meningkat atau bertambah, Pemeriksaan dahak pada saat bulan ke 2 sesudah meminum OAT menunjukkan hasil negatif. Dilanjutkan pemeriksaan dahak di bulan ke-5 dan ke 6, danbKemajuan pengobatan belum berarti sembuh dari penyakit TB, minum obat diteruskan sampai sekurang-kurangnya 6 bulan.

 

"Intinya yang dapat menyatakan pasien TB telah sembuh hanyalah petugas kesehatan yang memantau pengobatan TB," tambahnya. 

 

 

 

 






Tulis Komentar