Ekspor-Impor Jadi Kerikil Pertumbuhan Ekonomi RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution

KILASARIAU.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 dipicu lesunya ekspor dan impor. 

Hal itu berbeda dengan fenomena tahun lalu. Meski kinerja ekspor turun, namun hal itu diimbangi pertumbuhan impor yang mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Juni sebesar US$11,78 miliar, anjlok 20,54 persen dibanding bulan sebelumnya yakni US$14,83 miliar. Sedangkan impor mencapai US$11,58 miliar turun lebih dalam 20,7 persen dari US$14,61 miliar menjadi US$11,58 miliar.

"Itu memang menunjukkan pergerakan ekonominya kalau impor naik, kali ini kuartal ini tidak. Dia impornya negatif dan itu memang kelihatan dampaknya terhadap pertumbuhan cukup langsung," katanya, Senin (5/8). 

"Jadi saya belum mau menyimpulkan seperti apa tahun ini. Secara domestiknya yang kami perlu harus jawab adalah impornya yang turun, itu yang harus dijawab. Itu saya belum ketemu clue-nya menjawab itu. " katanya.Guna menggejot investasi, Darmin bilang pemerintah akan memaksimalkan kebijakan investasi. Di sisi lain, ia menuturkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi cukup terjaga. Oleh sebab itu, ia bilang pemerintah akan terus menggenjot investasi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. 

Ia mengaku optimistis target tersebut bisa tercapai, meskipun pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal II 2019. 

Konsumsi rumah tangga terpantau tumbuh 5,17 persen pada kuartal II 2019 lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yakni 5,14 persen, sedangkan investasi tumbuh melemah. 

Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan indikator investasi tercatat hanya tumbuh 5,01 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,85 persen.


"Kami sebenarnya sudah merumuskan beberapa macam kebijakannya, tinggal ada hal yang bisa diwujudkan apa tidak, itu saja yang perlu diperhatikan," katanya. 

Namun demikian, ia mengatakan pertumbuhan ekonomi mendapatkan tantangan dari ketidakpastian global, khususnya, perang dagang antara AS-China. Presiden AS Donald Trump berencana akan mengenakan tarif tambahan 10 persen terhadap impor barang asal China senilai $300 miliar mulai 1 September mendatang. 

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tak murni ditopang ekonomi dalam negeri sehingga sentimen tersebut dipastikan akan mempengaruhi ekonomi Indonesia. 

Sebagai informasi, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 hanya 5,05 persen secara tahunan atau melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,27 persen.






Tulis Komentar