Pedagang Kecil Bertarung dengan Lumpur dan Debu

Foto: FB Ilham Saputra (doc. Kilasriau.com)

TELUK KUANTAN (KilasRiau.com) – Cobaan demi cobaan terus dihadapi oleh pedagang kaki lima yang kini berjualan di areal Pasar Lumpur, Teluk Kuantan. Mereka adalah para eks pedagang kaki lima yang sebelumnya direlokasi dari kawasan Taman Jalur. Alih-alih mendapat tempat yang lebih layak, kini mereka harus berjibaku dengan kondisi pasar yang tidak mendukung aktivitas ekonomi. Ahad (07/09/2025).

Setiap kali hujan, kawasan ini berubah menjadi lautan lumpur. Jalan tanah becek dan licin membuat pembeli enggan datang. Sementara saat cuaca panas, debu beterbangan hingga mencemari dagangan.

“Kalau hujan, pelanggan malas datang karena jalan becek dan licin. Pas panas, debunya sampai ke makanan. Kami yang jualan makanan paling susah, karena dagangan cepat kotor,” keluh seorang pedagang mie dan kue.

Kondisi ini juga disoroti akun media sosial bernama Ilham Saputra. Ia merasa sedih melihat perjuangan pedagang kecil yang harus bertahan dalam situasi sulit.

“Cobaan demi cobaan terus dihadapi oleh pedagang kaki 5 yang berjualan di areal pasar lumpur Teluk Kuantan (Ex Pedagang Kaki 5 yang berjualan di Taman Jalur). Semoga mendapat perhatian dan solusi,” tulisnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, ada puluhan pedagang yang menggantungkan hidupnya di kawasan Pasar Lumpur ini. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pedagang makanan, hingga minuman. Rata-rata pedagang hanya mampu memperoleh omzet sekitar Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari, bahkan tak jarang pulang dengan tangan kosong ketika hujan deras mengguyur.

Padahal, jika fasilitas pasar diperbaiki dengan infrastruktur memadai, potensi perputaran uang bisa jauh lebih besar. Setidaknya, dengan jumlah pedagang mencapai puluhan, perputaran ekonomi setiap pekan bisa menyentuh ratusan juta rupiah.

Namun, kondisi jalan yang berlumpur dan minim fasilitas sanitasi membuat pembeli enggan berlama-lama, sehingga pasar ini sulit berkembang.

“Kalau pemerintah bisa mengeraskan jalan dan memperbaiki tempat atau di semen, kami yakin pasar ini bisa ramai. Sekarang pembeli lebih memilih belanja di tempat lain yang lebih bersih,” tambah seorang pedagang minuman dingin.

Hingga kini, belum terlihat langkah nyata dari pemerintah daerah untuk memperbaiki kondisi Pasar Lumpur. Padahal, pasar ini merupakan denyut nadi ekonomi rakyat kecil. Ketidakseriusan dalam menyediakan fasilitas yang layak sama artinya dengan membiarkan pedagang kecil bertarung sendirian melawan lumpur dan debu.

Kini, bola ada di tangan Pemda. Apakah terus membiarkan pedagang kecil berjuang dalam kondisi memprihatinkan, atau hadir memberikan solusi nyata? Karena keberpihakan sejati pada rakyat bukan diukur dari janji, tetapi dari tindakan nyata di lapangan.*(ald)






Tulis Komentar