Warga Reteh 30 Tahun Menunggu, Akses Jalan dan Jembatan Penghubung 6 Desa Belum Juga Dibangun Permanen

KILASRIAU.com – Selama lebih dari tiga dekade, masyarakat di Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, menanti adanya pembangunan jalan dan jembatan yang layak sebagai akses utama menuju ibu kota maupun ke antar wilayah tetangga.
Hingga kini, harapan itu belum juga terwujud dan masih dalam sebuah angan-angan yang sulit untuk dicapai.
Akses tersebut menghubungkan lima desa yaitu Sungai Undan, Sungai Terab, Sungai Asam, dan Tanjung Labuh, serta dua kelurahan yakni Metro dan Pulau Kijang. Salah satu titik krusial berada di Jembatan Parit 1 yang menuju Kantor Kelurahan Metro.
- Hasil Lobby Wako Agung, Berikut Proyek Pusat di Pekanbaru
- Walikota Agung Optimis Revitalisasi Tepat Waktu, DPRD Pekanbaru Dukung Penuh Proses
- Warga Pulau Kijang Gotong Royong Perbaiki Jalan Rusak Dekat Jembatan Penunjang
- Bupati Herman Dampingi Gubernur Riau Ninjau Jalan Kuala Saka Penghubung Desa Sei Luar
- Jelang Idul Adha, Jembatan Kayu di Kuala Muda Diperbaiki Secara Gotong Royong
Jalan penghubung itu pertama kali dibuka pada masa pemerintahan Orde Baru, sekitar 30 tahun silam. Pada saat itu, masyarakat rela melepas lahan mereka tanpa ganti rugi demi kepentingan umum. Namun, hingga kini, pembangunan permanen berupa jalan beraspal dan jembatan kokoh belum juga terealisasi.
“Dari dulu masyarakat menerima dengan ikhlas. Tidak ada ganti rugi, tidak ada perlawanan. Tapi sekarang sudah 30 tahun, kami masih harus mengemis kepada pemerintah daerah agar ada jalan dan jembatan yang memadai,” ujar Muammar Alkadafi salah seorang anggota grub WhatsApp forer, Selasa, (2/9/25).
Menurut warga, akses ini bukan hanya penting untuk mobilitas sehari-hari, tetapi juga untuk mendukung roda perekonomian masyarakat desa. Jalur tersebut menjadi pintu utama menuju ibu kota kecamatan baik untuk aktivitas perdagangan, pendidikan, maupun pelayanan publik.
“Ini akses vital. Kalau jalan dan jembatannya permanen, otomatis aktivitas masyarakat lebih lancar. Kami tidak perlu menunggu sampai viral dulu baru pemerintah bergerak. Harapan kami, ada kepedulian nyata dari pemerintah daerah,” ungkap warga lainnya.
Persoalan infrastruktur ini, menurut tokoh masyarakat setempat, selalu menjadi topik utama di tengah warga Reteh. Namun, karena keterbatasan anggaran, masyarakat kerap mengatasinya secara swadaya, meskipun hasilnya belum mampu menjawab kebutuhan mobilitas jangka panjang.
“Kami bangga karena masyarakat di sini kompak, mau bergotong royong. Tapi tanpa dukungan penuh dari pemerintah, masalah ini tidak akan selesai. Kami yakin kalau pemerintah turun tangan bersama masyarakat, Reteh bisa lebih maju,” tegasnya.
Masyarakat berharap agar pemerintah daerah khusus nya kecamatan menjadikan pembangunan akses jalan dan jembatan ini sebagai prioritas utama. Dengan tersedianya infrastruktur memadai, enam desa dan kelurahan di Kecamatan Reteh akan lebih mudah terhubung dengan pusat pemerintahan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga.**
Tulis Komentar