Mahasiswa Kukerta UNRI Bantu Pembuatan Tudung Saji Khas Kenegrian Petapahan

KILASRIAU.com  - Mahasiswa KUKERTA UNRI melakukan pembuatan tudung saji khas Kenegrian Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Senin (25/7).

Mahasiswa KUKERTA merupakan salah satu program yang dimiliki oleh beberapa universitas. Dimana Universitas Riau merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki program KUKERTA.

Adanya program KUKERTA ini bertujuan untuk membentuk sekelompok mahasiswa yang akan melakukan pengabdian terhadap masyarakat dimana mahasiswa KUKERTA tersebut ditempatkan. Mahasiswa KUKERTA yang melakukan pengabdian di Desa Petapahan memiliki salah satu tujuan yaitu untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional yang berasal dari Desa Petapahan.

Salah satu nilai tradisional yang ada di Desa Petapahan yaitu tudung saji. Tudung saji merupakan salah satu ciri khas dari Desa petapahan. Tudung saji ini biasanya digunakan dalam acara-acara adat. Penggunaan tudung saji yaitu sebagai alat penutup Jambar (makanan yang disajikan dalam acara-acara adat). Tudung saji khas Desa Petapahan ini sudah terkenal di mancanegara,  salah satunya adalah negara Malaysia.

Pembuatan tudung saji ini dilakukan oleh pengrajin tudung saji yang merupakan masyarakat Desa Petapahan. Pada saat ini terdapat 4 (empat) pengrajin tudung yang berada di Desa Petapahan. Pembuatan tudung saji yang dilakukan oleh mahasiswa KUKERTA dibantu oleh ibu-ibu yang telah melakukan pembuatan tudung sejak proses pembuatan tudung saji

Dalam proses pembuatan ini juga dapat memakan waktu yang cukup panjang. Hal ini dikarenakan persiapan bahan yang cukup lama serta pengerjaannya yang cukup sulit.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan tudung saji yaitu bambu, daun sangai, tali karung, tinta, cat minyak, benang nilon, lilin dan rotan. Dalam persiapan bambu dilakukan dengan mengupas bambu bagian dalam agar menjadi tipis, bambu yang tipis lalu direbus kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama 1 sampai 2 hari, setelah itu bambu diamplas untuk memperhalus bambu tersebut.

Persiapan tinta yaitu menggunakan abu hitam yang berasal dari lampu minyak yang didiamkan semalaman, kemudian dicampur dengan air dan perasan jeruk nipis. Dalam persiapan daun sangai yaitu dengan dijemur selama 1 hari. Dalam persiapan rotan yaitu dengan melakukan perendaman rotan semalaman.

Proses pengerjaan tudung saji yaitu dengan menjahit daun sangai dengan tali karung agar menjadi bentuk kerucut yang akan digunakan sebagai lapisan dalam tudung saji tersebut. Kemudian bambu dijahit dengan tali karung agar dapat berbentuk kerucut sesuai dengan ukuran dan bentuk daun sangai. Lalu bambu tersebut digaris dan digambar sesuai corak yang diinginkan dengan menggunakan bambu kecil dan tinta.

Setelah tinta pada bambu kering, maka dilakukan pengecatan menggunakan cat minyak sesuai dengan warna yang diinginkan akan tetapi warna yang biasanya digunakan adalah merah dan hijau. Setelah cat minyak kering maka dapat dilakukan pemasangan rotan dengan menggunakan benang nilon yang telah diberi lilin kemudian dijahit untuk menyatukan daun sangai sebagai lapisan dalam, bambu sebagai lapisan luar serta rotan sebagai bingkai dari tudung saji tersebut.

Begitulah proses pembuatan tudung saji yang cukup rumit serta memakan waktu yang cukup panjang. Namun tudung saji ini memiliki nilai khusus bagi masyarakat petapahan karena merupakan kerajinan tangan dengan kearifan lokal serta nilai-nilai tradisional masyarakat Desa Petapahan. Maka dari itu mahasiswa KUKERTA berusaha untuk mempelajari serta memperkenalkan tudung saji ini, sehingga dapat melestarikan adat dan budaya yang terdapat di Desa Petapahan.






Tulis Komentar