Kasus DBD di Inhil Melonjak Jadi 211, Penanganan Terkendala Minimnya Alat

Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri, menjelaskan terkait peningkatan kasus DBD di inhil.

KILASRIAU.com — Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, terus menunjukkan eskalasi serius. Hingga pertengahan Mei 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Inhil mencatat 211 kasus dengan enam korban jiwa.

Lonjakan ini terjadi hanya dalam waktu singkat, dari 179 kasus pada akhir April menjadi 197 di awal Mei, dan kini kembali meningkat.

Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri, menyampaikan bahwa peningkatan kasus mulai terpantau sejak Februari lalu. 
“Tercatat dua korban meninggal pada Februari, tiga pada Maret, dan satu orang di bulan April. Ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan,” ungkapnya saat dijumpai di ruang kerjanya, Senin (19/5/25).

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak Maret 2025. Namun, penanganan masih menghadapi tantangan besar, terutama keterbatasan alat fogging dan lemahnya koordinasi antarwilayah.

“Dari seluruh wilayah Inhil, saat ini hanya ada tiga unit alat fogging yang masih berfungsi, sementara idealnya setiap puskesmas minimal memiliki satu unit. Sebelumnya ada enam hingga tujuh unit, tetapi sebagian besar rusak dan belum diganti,” ujar Rahmi.

Dari 20 kecamatan yang ada di Inhil, lima kecamatan mencatatkan angka kasus tertinggi, yaitu Sungai Guntung (Kecamatan Kateman), Tembilahan Hulu, Pulau Burung, Kempas Jaya, dan Kota Baru Keritang. Di antara wilayah tersebut, Sungai Guntung menjadi episentrum penyebaran DBD hingga pertengahan Mei.

Menanggapi situasi tersebut, Dinas Kesehatan menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi dan penyelidikan vektor di area sekitar tempat tinggal pasien. Fokus utama adalah wilayah dengan radius 100–200 meter dari lokasi kasus, guna mendeteksi potensi penularan lokal dan titik berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.

“Kami melakukan fogging di lokasi yang terkonfirmasi ada kasus, sesuai prosedur yang ditetapkan. Namun kami harus memilih lokasi prioritas karena keterbatasan alat,” kata Rahmi.

Beberapa puskesmas yang tidak memiliki alat fogging harus meminjam ke desa atau perusahaan swasta terdekat. Desa Kempas memiliki 1 alat fogging. Untuk Guntung, dan Pelangiran, misalnya, bergantung pada dukungan alat dari perusahaan di sekitar mereka. Hal ini menandakan lemahnya kesiapan sarana kesehatan dalam menghadapi wabah yang sifatnya rutin dan berulang tiap tahun.

“Kami sudah mengajukan 15 unit alat fogging yang di anggarkan pada tahun ini sehinnga puskesmas akan terbantu dalam penanganan kasus DBD di wilayah kerja puskesmas dan intervensi cepat terhada kasus baru,” tegasnya.

Di tengah keterbatasan, Dinas Kesehatan juga menggencarkan edukasi dan pemberdayaan masyarakat melalui kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan penerapan 3M Plus: Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air. Tambahan tindakan Plus meliputi pemeliharaan ikan pemakan jentik, penggunaan obat nyamuk, pemasangan kawat kasa pada jendela, dan penggunaan kelambu saat tidur.

“Fogging bukan solusi utama karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Yang paling penting adalah memutus siklus hidup nyamuk melalui PSN dan keterlibatan aktif masyarakat,” ujar Rahmi.

Dinas Kesehatan telah menginstruksikan seluruh puskesmas untuk memantau wilayah masing-masing dan segera melakukan tindakan saat ditemukan gejala awal DBD seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, dan bintik-bintik merah pada kulit.

Menjelang musim hujan yang biasanya menjadi puncak penyebaran DBD, pemerintah daerah memperkuat koordinasi lintas sektor. “Kami tidak ingin ada lagi korban jiwa. Penanganan ini membutuhkan kolaborasi semua pihak — pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat,” kata Rahmi.

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir saat ini tengah menyiapkan langkah percepatan pengadaan alat, peningkatan edukasi warga, dan pembentukan tim tanggap cepat berbasis kecamatan agar wabah ini tidak meluas lebih jauh.

“Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, menghindari genangan air, dan tidak menunggu hingga ada korban untuk bertindak,” pungkas Rahmi.**
 






Tulis Komentar