Belajar dari Uang: Berguna Tanpa Harus Menyombongkan Diri

Kita hidup di zaman di mana eksistensi sering kali lebih dihargai daripada esensi. Di mana orang berlomba-lomba untuk terlihat bermanfaat, bukan benar-benar menjadi bermanfaat. Dalam hiruk-pikuk semacam itu, saya teringat satu kalimat sederhana yang belakangan semakin terasa dalam maknanya:
"Jadilah seperti uang, mesti selalu diperlukan tapi tidak sombong."
Kalimat ini memang terdengar ringan. Namun, ia memuat filosofi hidup yang patut direnungkan oleh siapa pun yang ingin menjadi manusia yang berguna. Uang adalah benda yang paling dicari, paling diperlukan, dan kadang jadi alat ukur dalam berbagai aspek kehidupan. Tapi, pernahkah uang menyombongkan dirinya?
Tidak.
Uang tetap diam. Ia tidak meminta untuk dihargai lebih. Ia tidak menuntut disanjung. Namun, semua orang tahu betapa penting keberadaannya. Ia tidak membedakan siapa yang memegangnya—entah kaya atau miskin, pemimpin atau rakyat biasa. Ia berguna, tanpa banyak bicara.
Dalam dunia kerja, sosial, bahkan dalam ruang keluarga, kita kerap melihat fenomena sebaliknya: orang-orang yang merasa dirinya penting, lalu menjadikannya alasan untuk menyombong. Membantu sedikit, lalu berharap dibalas lebih. Berbuat baik, lalu ingin diangkat sebagai pahlawan. Apa yang sejatinya dilakukan demi orang lain, justru menjadi panggung demi diri sendiri.
Saya percaya, kesombongan adalah suara paling bising dari kekosongan makna. Orang yang benar-benar bernilai tidak perlu mengatakan bahwa ia berguna. Ia tahu nilai dirinya, dan memilih untuk membiarkan karya dan kontribusi yang berbicara.
Jika uang saja, yang nilainya diakui dunia, bisa tetap rendah hati—mengapa kita, yang belum tentu memberi manfaat sebesar itu, justru sibuk meninggikan diri?
Hari ini, terlalu banyak orang ingin terlihat baik. Tapi dunia ini tidak butuh lebih banyak pencitraan—dunia butuh lebih banyak aksi nyata. Dunia butuh orang-orang yang, seperti uang, bisa berguna di tangan siapa pun, bisa membantu tanpa pamrih, dan tetap bernilai tanpa harus berdiri di atas panggung.
Maka jika hari ini kamu merasa telah berbuat banyak namun tidak dianggap, tetaplah tenang. Tidak semua kebaikan perlu dilihat mata. Tidak semua nilai harus diumumkan ke dunia.
Jadilah seperti uang—dibutuhkan banyak orang, tapi tetap rendah hati dan tahu diri.
Itulah nilai sejati yang tak tergantikan.*
Oleh: Aldian Syahmubara
Tulis Komentar