KJB Inhil Kembali Menyalurkan Bantuan Kepada Nenek Jamilah
KILASRIAU.com - Pagi itu, di Kecamatan Tempuling. Suara mesin kendaraan roda tiga yang dikemudikan rombongan Komunitas Emak Sehat dan Komunitas Jum'at Berbagi terdengar samar-samar, menembus jalan berkerikil dan berlubang.
Mereka membawa harapan, secercah cahaya bagi Nenek Jamilah, seorang perempuan renta berusia 70 tahun, yang hidup dalam keterbatasan di sebuah gubuk kecil beratap daun pucuk nipah.
Perjalanan menuju rumah Nenek Jamilah bukanlah perkara mudah. Dari Tembilahan, rombongan harus menempuh perjalanan lebih dari satu jam di jalan utama, disusul dengan jalan yang hanya bisa dilewati pejalan kaki. Langkah-langkah itu terasa panjang dan melelahkan, namun keinginan mereka untuk membantu tak pernah surut.
- Solidaritas untuk Nenek Jamilah: KJB Inhil Kumpulkan Dana Bedah Rumah Tak Layak Huni
- Kehidupan Miris Nenek Jamilah Bertahan Hidup di Tengah Keterbatasan
- Polres Inhil dan PMI Gelar Donor Darah
- Peduli Rupiah, Komunitas GenBI Sosialisasikan Cinta, Bangga dan Paham Rupiah QRIS Bersama Ibu-ibu PKK
- Gelar Bhakti Sosial, DPC GRIB JAYA Inhil Berbagi Sembako ke Penarik Becak
Rombongan komunitas ini saling bahu-membahu membawakan bantuan di tengah kebun yang sepi, jauh dari pemukiman, akhirnya mereka tiba di rumah Nenek Jamilah, yang disambut oleh putrinya dengan senyuman yang penuh arti.
Ade Indrawati, penggiat Komunitas Emak Sehat didampingi rombongan Komunitas Jum'at Berbagi dengan lembut menyerahkan bantuan uang sebesar Rp. 580.000,-, hasil dari patungan beberapa orang. Uang itu hanya secuil dari yang Nenek Jamilah butuhkan, tetapi Ade dan rombongannya berharap itu bisa sedikit meringankan beban hidup nenek sebatang kara ini. Bersama uang, mereka juga membawa drum untuk menampung air hujan, karena selama ini Nenek Jamilah tak punya akses air bersih.
Mereka menambahkan beberapa pakaian, mukena, sarung, sajadah, sandal jepit, seprai, hingga sembako—barang-barang yang bisa memberi sedikit kenyamanan dalam hari-hari berat nenek.
Di dalam rumah, Ade tak bisa menyembunyikan keharuannya. "Kondisi rumah Nenek Jamilah begitu memprihatinkan," katanya, suaranya bergetar. "Tak ada lampu, hanya gelap yang menyelimuti. Dindingnya rapuh, lantainya berdebu dan dingin."
Hidup Nenek Jamilah hanyalah rangkaian panjang dari hari-hari yang serba kekurangan. Dengan mata berkaca-kaca, Ade dan rombongan meninggalkan rumah Nenek Jamilah, membawa kenangan dan kepedihan yang tak mungkin terhapus.
Mereka pergi, tetapi hati mereka tertinggal di sana, di rumah kecil di tengah kebun yang sunyi—bersama harapan semoga bantuan mereka bisa menjadi pelipur lara, meski hanya sementara, bagi Nenek Jamilah.
Sambil melangkah kembali ke Tembilahan, Ade dan rombongan komunitas berharap ada lebih banyak orang baik yang mau membantu memenuhi kebutuhan Nenek Jamilah dan ketiga putrinya.
"Sedih rasanya melihat kondisinya yang jauh dari kata layak. Semoga ada dermawan yang mau membantu kebutuhan Nenek Jamilah. Bagi yang ingin membantu, bisa langsung menghubungi kami di nomor 0851-8437-3351 atau langsung datang ke rumah Nenek Jamilah di Kelurahan Sungai Salak, Kecamatan Tempuling," tuturnya.
Tulis Komentar