Perang Dagang Bikin Harga Minyak Melorot 3 Persen

Perang Dagang  Bikin Harga Minyak Melorot 3 Persen
Ilustrasi kilang minyak.

KILASARIAU.com -- Harga minyak global merosot lebih dari 3 persen pada perdagangan Senin (5/8) waktu Amerika Serikat (AS). Hal itu dipicu kekhawatiran memanaskan perang dagang antara AS dan China yang berpotensi membatasi permintaan minyak mentah dari dua konsumen terbesar dunia tersebut.

Kekhawatiran memanaskan perang dagang muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengancam Negeri Tirai Bambu dengan tarif lebih besar pada pekan lalu. 

Harga acuan minyak, brent futures turun sekitar U$2,08 atau 3,36 persen menjadi US$59,81 per barel.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka turun 97 sen, atau 1,74 persen dan menetap di level US$54,69 per barel. Harga minyak terpacu sentimen positif dari penarikan persediaan di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan dan pengiriman untuk WTI.

"Meskipun berita utama perdagangan terbaru akan memaksa penurunan akibat sentimen permintaan minyak global tahun ini dan berikutnya, tampaknya Asia akan menanggung beban yang berasal dari pelambatan pertumbuhan permintaan minyak," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates seperti dikutip dari Reuters, Selasa (6/8).
Mengutip data pasar dari Genscape, pasokan di Cushing merosot hampir 2,4 juta barel dalam sepekan. Diskon WTI ke Brent menyempit menjadi US$ 5,15 per barel. Angka ini merupakan yang terdekat sejak Juli 2018.

Pada Kamis pekan lalu, kedua tolok ukur minyak mentah anjlok lebih dari 7 persen ke level terendah dalam sekitar tujuh minggu, tepat setelah pengumuman Trump.

Kekhawatiran perang dagang kembali menghantam ekuitas global pada awal pekan ini. Di sisi lain, aset safe-haven terpacu naik, seperti yen Jepang, obligasi pemerintah, dan emas.

Pekan lalu, Presiden Trump mengaku akan mengenakan tarif 10 persen terhadap US$300 miliar impor China mulai 1 September 2019. Belum selesai sampai di sana, dia juga membuka kemungkinan untuk kembali menaikkan bea impor jika Presiden China Xi Jinping tak bergerak lebih cepat menuju kesepakatan perdagangan.

Pengumuman ini memperluas tarif AS ke hampir semua produk impor China. Jumat (2/8) lalu, China berkomitmen untuk melawan kembali keputusan Trump, langkah akhir gencatan senjata perdagangan selama sebulan.

Kemarin, China membiarkan yuan jatuh melampaui level 7 yuan per dolar AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Yuan yang lebih rendah meningkatkan biaya impor minyak berdenominasi dolar AS di China, importir minyak mentah terbesar dunia.

Data Biro Sensus AS menyebut, tanda-tanda peningkatan ekspor minyak dari AS juga menekan harga pengiriman AS melonjak sebesar 260 ribu barel per hari (bph) pada Juni ke rekor bulanan 3,16 juta barel per hari.