Kisruh Angkringan Hangtuah: Saat Rakyat Kecil Terseret Kepentingan

Kisruh Angkringan Hangtuah: Saat Rakyat Kecil Terseret Kepentingan
Andi Muhammad Ramadhani, Warga Tembilahan

KILASRIAU.com - Kawasan angkringan di Jalan Hangtuah, Tembilahan, yang semula jadi tempat nongkrong warga kini berubah jadi sumber kisruh. Lapak-lapak kuliner yang dulu sederhana kini memicu tarik-menarik kepentingan.Pedagang ribut, warga terganggu, dan pemerintah tampak kehilangan kendali.

Akar persoalannya bermula dari rapat di kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagtri). Rapat yang diharapkan menata pedagang justru berakhir panas. Pemerintah menetapkan ukuran lapak 3 x 6 meter, tapi sebagian pedagang menolak dan tetap memakai ukuran lama 6 x 3 meter. Akibatnya, tenda-tenda kembali semrawut, sebagian bahkan menutup trotoar dan badan jalan hingga menghambat akses kendaraan.

Namun masalahnya bukan sekadar ukuran lapak.Di balik tenda-tenda itu muncul dugaan adanya kepentingan lain. Komunitas KUMALA, yang sebelumnya mendapat izin resmi, kini disebut punya hubungan khusus dengan organisasi pengusaha muda (HIPMI). Sebagian pedagang merasa diperlakukan berbeda. Ada yang dibiarkan, ada yang ditekan. Di sinilah keadilan mulai dipertanyakan.

_Ketika Aturan Tak Jelas, Kepentingan Bermain_

Kekacauan ini terjadi karena tata kelola yang kabur. Pemerintah lamban, komunitas jalan sendiri, dan pedagang bingung harus ikut siapa. Akhirnya ruang publik yang seharusnya untuk semua malah jadi rebutan.