Sungai Jering Jadi Contoh, Dialog Moderasi Beragama Hadirkan Tiga Narasumber

Sungai Jering Jadi Contoh, Dialog Moderasi Beragama Hadirkan Tiga Narasumber
Foto: Istimewa (doc. Kilasriau.com)

SUNGAI JERING, KUANSING (KilasRiau.com) — Siang itu, Aula Kantor Camat Kuantan Tengah tampak berbeda. Puluhan kursi terisi penuh oleh tokoh agama, pemuda, dan perangkat kelurahan dan tamu undangan yang datang dari berbagai sudut Sungai Jering. Mereka hadir dengan satu tujuan: membicarakan cara menjaga keharmonisan di kampung yang majemuk ini. Selasa (16/09/2025).

Kementerian Agama Kabupaten Kuantan Singingi bersama Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Riau menggelar Dialog Pembahasan Isu Aktual dengan tema “Mengatasi Disharmoni dan Menguatkan Moderasi Beragama di Lingkungan Kampung.” Sungai Jering sendiri ditunjuk sebagai pilot project Kampung Moderasi Beragama, sebuah program yang diharapkan mampu menjadi contoh bagi daerah lain.

Tiga narasumber hadir mengisi kegiatan ini. Kepala Kemenag Kuansing H. Suhelmon, M.A., C.QEM, menegaskan bahwa nilai moderasi beragama tidak boleh berhenti pada wacana, tetapi harus diwujudkan dalam keseharian masyarakat.

“Moderasi beragama bukan hanya tentang pemahaman, tetapi juga praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus menjadikan nilai moderasi ini sebagai fondasi dalam membangun keharmonisan di kampung,” ujarnya dengan tegas.

Senada, Kepala Bidang Bimas Islam Kemenag Kuansing H. Bahrul Aswandi, S.Ag., M.H. menilai dialog seperti ini menjadi ruang penting untuk memperkuat komunikasi antarwarga. Ia mengingatkan bahwa perbedaan tidak seharusnya menjadi pemicu konflik, melainkan sumber kekuatan.

“Jika komunikasi dan pemahaman diperkuat, maka isu-isu perbedaan tidak akan berkembang menjadi konflik. Justru, keberagaman bisa menjadi kekuatan bagi masyarakat kita,” katanya disambut anggukan peserta.

Sementara itu, Dr. Muhammad Fakhri, M.Ag., Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Provinsi Riau, memberikan perspektif yang lebih luas. Ia menyebut Sungai Jering sebagai laboratorium sosial yang bisa menjadi teladan bagi daerah lain di Riau.

“Sungai Jering dipilih sebagai pilot project bukan tanpa alasan. Kami berharap daerah ini mampu menjadi teladan dalam menciptakan suasana rukun, harmonis, dan menghargai keberagaman,” jelasnya.

Sebagai tuan rumah, Lurah Sungai Jering Eka Putra, S.Sos., M.Si. usai acara tersebut tampak sumringah. Dia mengapresiasi langkah Kemenag yang memberi kepercayaan besar kepada kelurahannya.

“Kami berterima kasih kepada Kemenag yang telah menjadikan Sungai Jering sebagai pilot project. Dengan adanya dialog ini, masyarakat kami semakin memahami arti penting toleransi, saling menghargai, dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Sepanjang acara, peserta tampak antusias. Beberapa mengajukan pertanyaan, sebagian lain menyampaikan pengalaman mereka dalam menjaga kerukunan di lingkungan masing-masing. Suasana diskusi berlangsung hangat, menandakan kuatnya semangat kebersamaan yang ingin terus dipelihara.

Dialog ini ditutup dengan pesan bersama: menjaga harmoni bukan hanya tugas pemerintah atau tokoh agama, melainkan tanggung jawab semua warga. Dari Sungai Jering, semangat moderasi beragama diharapkan menyebar ke kampung-kampung lain, membawa pesan damai bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan ancaman.*(ald)