Tepian Narosa: Dari Riuh Pacu Jalur Menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Tepian Narosa: Dari Riuh Pacu Jalur Menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Foto: pacu jalur Tepian Narosa Teluk Kuantan Istimewa (doc. Kilasriau.com)

PEKANBARU (KilasRiau.com) – Riuh suara talempong, tabuhan gendang, dan sorak-sorai ribuan penonton di sepanjang Sungai Kuantan, Teluk Kuantan, menjadi saksi betapa kuatnya ikatan masyarakat dengan tradisi Pacu Jalur. Sungai yang membelah kota kecil ini seolah tidak pernah sepi dari denyut budaya. Di sinilah, di hamparan yang dikenal dengan nama Tepian Narosa, sejarah baru pariwisata Riau mulai ditorehkan.

Pada pembukaan Festival Pacu Jalur, 20 Agustus 2025 lalu, Bupati Kuantan Singingi menyerahkan sebuah dokumen penting: Rencana Induk Kepariwisataan (master plan) Tepian Narosa kepada Menteri Pariwisata RI, Widiyanti Putri. Dokumen itu bukan sekadar tumpukan kertas, melainkan sebuah harapan besar agar Tepian Narosa dan sekitarnya ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

“Usulan KSPN Tepian Narosa sudah kami serahkan langsung kepada Menteri Pariwisata. Kawasan ini bukan hanya soal keindahan, tapi juga soal identitas budaya yang mendunia melalui Pacu Jalur,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, Jumat (5/9/2025).

Roni menambahkan, usulan ini bukan muncul tiba-tiba. Sejak Mei 2025, pihaknya sudah berdiskusi dengan DPR RI dan Kementerian Pariwisata, membahas kelanjutan KSPN Rupat Utara serta usulan kawasan baru di Siak dan Kampar. Namun, Tepian Narosa punya keistimewaan tersendiri: ia menyatukan sungai, sejarah, budaya, dan masyarakat dalam satu lanskap yang hidup.

Bayangkan, setiap tahun ribuan orang memadati tepian sungai, menyaksikan ratusan jalur kayu panjang yang didayung puluhan pemuda dengan irama kompak. Pacu Jalur bukan sekadar lomba, melainkan pesta rakyat yang menyatukan warga desa, menyambung silaturahmi, bahkan menjadi magnet wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara.

Meski demikian, Roni meluruskan bahwa Pacu Jalur sendiri adalah sebuah event pariwisata, bukan destinasi. “Yang kita usulkan jadi KSPN adalah kawasan Tepian Narosa, karena ia menyatukan semua potensi wisata: alam, budaya, sejarah, dan masyarakatnya. Pacu Jalur tetap kita banggakan sebagai Karisma Event Nusantara, setara dengan Bakar Tongkang di Rokan Hilir,” jelasnya.

Bagi masyarakat Kuansing, usulan ini menyalakan asa. Bukan hanya untuk melestarikan budaya, tetapi juga meningkatkan taraf hidup. Ani, seorang pedagang es cendol di Tepian Narosa, mengaku dagangannya bisa ludes hanya dalam beberapa jam saat Festival Pacu Jalur berlangsung.

“Kalau pacu jalur, orang bisa berbondong-bondong datang. Dagangan habis, rezeki lancar. Kalau benar jadi kawasan pariwisata nasional, kami berharap ramai terus, bukan hanya saat pacu jalur saja,” kata Ani sambil tersenyum.

Hal senada juga diungkapkan Yanto, pengrajin miniatur jalur. Menurutnya, kehadiran wisatawan memberi ruang bagi produk lokal untuk dikenal lebih luas.

“Miniatur jalur ini banyak dibeli orang sebagai oleh-oleh. Kalau wisatawan makin ramai, tentu usaha kecil seperti kami ikut terbantu,” ujarnya.

Usulan KSPN ini pun didasari 11 kriteria penting, mulai dari potensi wisata, daya tarik unggulan, peran investasi, hingga dukungan masyarakat. Bagi warga Kuansing, terutama mereka yang hidup di tepian Sungai Kuantan, pengakuan ini diharapkan mampu membuka lapangan kerja, mendongkrak UMKM lokal, hingga menjaga kelestarian budaya warisan leluhur.

Kini, masyarakat menanti langkah lanjutan pemerintah pusat. Roni berharap, dengan adanya revisi Undang-Undang Pariwisata, pengembangan destinasi di Riau, termasuk Tepian Narosa, mendapat prioritas.

“Semoga kepariwisataan Riau menjadi perhatian, agar festival dan kawasan ini benar-benar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat,” demikian Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat menyampaikan.*(ald).