KILASRIAU.com - Siapa yang tidak mengenal HMI? Bagi kalangan mahasiswa, organisator, dan akademis, di tanah air pasti sangat mengenal organisasi HMI. Bahkan dunia pun mengakui keberadannya.
Hal ini terbukti dengan adanya desertasi kristian morville yang berjudul "German Minds, Madina hearts" 2004 dengan studi kasus HMI cabang Yogyakarta. Kristian menyebutkan, HMI critical reflection and independency are fundamental intelectual ideals.
Selain itu, HMI yang lahir 72 tahun yang lalu merupakan sebuah harapan bagi semua kalangan, terutama intelektual melenials hari ini. Dimana intelektual kolektif (mewujudkan Indonesia berkeadilan) menjadi acuan tersendiri di tengah irasionalitas politik bangsa saat ini.
Para pendahulu, termasuk para alumni HMI, menetapkan Indonesia adalah sebagai bangsa yang majemuk. Dengan rasa perbedaan yang ada itu menjadikan bangsa Indonesia jadi negara kesatuan. Dari sini titik awal para faunding bangsa ini menjaga dan merawat perbedaan. Oleh karena itu, di tangan anak muda lah keberlanjutan bangsa ini. Terutama para kader yang hari ini mengisi ruang sendi organisatoris.
Hari ini, dunia sedang mengalami pertarungan ideologi dan kekuasaan adi kuasa dunia. Tentu gejolak ini cepat atau lambat akan menggerus moralitas dan tata kehidupan sociaty. Gerakan gerakan yang dibangun dalam wacana Islam keindonesian mengalami hambatan dengan terjadinya benturan kultural keislaman itu sendiri. Sehingga dengan banyaknya muncul radikalisme, ini akan mengancam kedaulatan. Dan tentu juga berimbas pada cita-cita himpunan.