KILASRIAU.com - Dalam dunia kerja, khususnya di sektor publik, kita sering dihadapkan pada realitas yang membingungkan: mengapa mereka yang bekerja keras justru kerap dilangkahi oleh mereka yang pandai berbasa-basi? Mengapa mereka yang tekun dan cakap sering hanya jadi penonton saat promosi jabatan diumumkan?
Fenomena ini muncul karena sistem kita belum sepenuhnya berpijak pada meritokrasi sebuah prinsip bahwa jabatan dan tanggung jawab seharusnya diberikan berdasarkan kemampuan, integritas, dan prestasi nyata, bukan kedekatan, pujian semu, atau kepandaian dalam menjilat.
Meritokrasi bukan sekadar konsep modern atau hasil pemikiran Barat. Dalam perspektif Islam, prinsip ini justru sudah tertanam kuat sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits sahih, Rasulullah bersabda ;
"Barang siapa yang mengangkat seseorang dalam urusan kaum muslimin, padahal ia mengetahui ada orang lain yang lebih layak dari orang itu, maka ia telah berkhianat kepada Allah,Rasulnya dan kaum muslimin."
(HR. Al-Hakim)