Istana Buka Suara soal Rapor Merah Jokowi di Neraca Perdagangan

Istana Buka Suara soal Rapor Merah Jokowi di Neraca Perdagangan
Jokowi melepas ekspor ke Amerika Serikat. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

KILASRIAU.com - Defisit tajam neraca perdagangan sepanjang 2018 (Periode Januari-November) yang menjadi rapor merah Pemerintahan Presiden Jokowi, mendapat tanggapan dari pihak istana. Soal defisit terburuk di sepanjang sejarah republik sejak Indonesia merdeka itu, sebelumnya diungkapkan Ekonom Senior, Faisal Basri.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengungkapkan secara umum tekanan neraca perdagangan lebih disebabkan oleh lonjakan harga minyak dan gas (migas), sehingga menggerus performa ekspor non-migas.

"Sepanjang Januari-November, ekspor non-migas menembus USD150,1 miliar atau naik 7,5 persen (yoy). Angka yang cukup baik saat kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan," katanya kepada kumparan, Jumat (11/1).

Menurutnya, semua pihak tahu tekanan ekonomi dunia sangat tinggi sejak akhir 2017. Bahkan tahun lalu, selain kenaikan harga minyak dunia, ada juga peristiwa perang dagang.

Erani yang juga menjabat Guru Besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang ini, memaparkan dalam kaitanya dengan pengaruh harga migas dalam neraca perdagangan, sangat terekam jelas pada realisasi nilai impor.