Bangkitlah Inhil..!! Saatnya Harkitnas menjadi Gerakan bukan sekedar Peringatan

KILASRIAU.com  - Setiap 20 Mei kita terus memperingati Hari Kebangkitan Nasional, tanda sejarah di mana bangsa ini mulai sadar untuk bangkit dari keterbelakangan dan penindasan. Tapi mari kita jujur: di tengah seremoni dan pidato, apakah semangat kebangkitan itu benar-benar hidup, terutama di Kabupaten Indragiri Hilir yang kita cintai?

Inhil punya potensi luar biasa. Ratusan ribu hektare kebun kelapa tersebar dari desa ke desa. Tapi ironisnya, petani kelapa masih berjibaku dengan harga jual yang tak sebanding dengan jerih payah. Infrastruktur buruk, irigasi yang rusak, akses pasar yang terbatas, dan lemahnya daya tawar, semua menjadi penghambat kesejahteraan. Ini belum lagi bicara soal keterbatasan pendidikan dan kurangnya lapangan pekerjaan.

Kita terlalu sering memperingati, tapi jarang menggerakkan. Harkitnas bukan soal baris-berbaris atau baliho penuh semangat nasionalis.Ia harus menjadi cambuk bagi pemimpin dan masyarakat: Sudahkah kita benar-benar bangkit? Atau hanya mengulang rutinitas tanpa arah?

Namun di tengah tantangan itu, kita patut mencatat ikhtiar yang terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir. Bupati dan Wakil Bupati saat ini berusaha menjawab tantangan zaman dengan mendorong kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil. Semangat membangun dari desa menjadi napas utama dalam berbagai program.

Pembangunan infrastruktur jalan desa yang selama ini terabaikan mulai ditangani secara bertahap. Irigasi dan kanal yang menopang kebun kelapa direvitalisasi, agar petani tidak lagi terpaku pada nasib. Program penguatan koperasi dan hilirisasi produk kelapa mulai digalakkan, sehingga nilai tambah tidak berhenti di tengkulak.

Di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, pemerintah daerah juga mulai melirik pentingnya pendidikan vokasi berbasis potensi lokal. Pelatihan kerja, peningkatan kompetensi pemuda, serta dukungan terhadap UMKM menjadi langkah konkret menuju kemandirian ekonomi rakyat.

Meski jalan ini belum mulus, namun komitmen untuk bangkit mulai terlihat. Semangat kolaborasi antara pemimpin dan rakyat harus terus dijaga. Karena perubahan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga butuh partisipasi aktif masyarakat.

Harkitnas adalah momentum.
Tapi tanpa aksi nyata, ia hanya tinggal simbol kosong. Masyarakat terus menunggu, bukan hanya janji, tapi perubahan yang terasa di dapur mereka, di ladang mereka, di sekolah anak-anak mereka.

Inhil bisa bangkit. Asal pemerintah dan rakyat mau berjalan bersama, dengan visi yang jelas, keberanian untuk berubah, dan kesungguhan untuk terus bekerja  bukan hanya di hari-hari besar, tapi setiap hari.

Mari maknai Harkitnas dengan keberpihakan.
Bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tapi untuk membangun masa depan.
Untuk Inhil yang lebih maju, berdaulat, dan sejahtera.**


Baca Juga