Menata Ulang Hubungan Petani Kelapa Inhil dan PT Pulau Sambu

KILASRIAU.com  - Indragiri Hilir (Inhil) adalah lumbung kelapa rakyat nasional. Namun, kesejahteraan petani kelapa di daerah ini sering kali terhambat oleh ketidakstabilan harga. Dalam ekosistem ini, PT Pulau Sambu memiliki peran sentral sebagai perusahaan penyerap hasil kelapa masyarakat. Ketergantungan ini menciptakan hubungan yang erat, namun juga rapuh.

Kondisi saat ini menunjukkan perlunya jalan tengah yang adil. Harga kelapa tidak bisa semata-mata ditentukan oleh dinamika pasar global tanpa mempertimbangkan biaya produksi dan kesejahteraan petani. Sebaliknya, keberlangsungan bisnis PT Pulau Sambu juga penting untuk tetap membuka akses pasar bagi petani.

Ada beberapa solusi konkret yang bisa dipertimbangkan:

Pertama, membangun forum dialog terbuka dan terjadwal antara petani, koperasi, pemerintah daerah, dan PT Pulau Sambu. Forum ini penting untuk membahas formula harga yang transparan dan adil, berbasis pada data obyektif.

Kedua, memperkuat koperasi petani kelapa. Dengan kekuatan kolektif, posisi tawar petani akan lebih kuat dan negosiasi harga bisa lebih seimbang.

Ketiga, mendorong diversifikasi pembeli. Mengundang lebih banyak perusahaan atau eksportir lain akan menciptakan kompetisi sehat, mengurangi risiko monopsoni, dan memberikan lebih banyak pilihan bagi petani.

Keempat, menetapkan harga dasar kelapa melalui regulasi daerah. Mekanisme ini melindungi petani dari kejatuhan harga ekstrim, tanpa mengabaikan prinsip bisnis berkelanjutan.

Kelima, mendorong hilirisasi produk kelapa di tingkat petani, seperti produksi minyak kelapa murni dan olahan pangan, untuk menambah nilai tambah di tingkat lokal.

Masa depan kelapa di Inhil adalah tanggung jawab bersama. Petani dan PT Pulau Sambu harus menjadi mitra sejati, saling mendukung untuk menciptakan ekosistem kelapa yang kuat, adil, dan berkelanjutan.

_Kelapa adalah aset bersama. Menjaganya adalah kewajiban kolektif._

_H Andi Muhammad Ramadhani, ICMI Orda Inhil._


Baca Juga