Banyak Anak SD Pakai Kacamata, Tren Main Gadget Dituding sebagai Pemicu

Periksa mata

KILASARIAU.com - Gangguan mata pada anak-anak usia SD mengalami tren kenaikan selama beberapa tahun terakhir, seiring berkembang dan maraknya penggunaan telepon pintar pada anak. 

Ketua Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia (Iropin) Cabang Tulungagung-Trenggalek, Asep Hermawan, mengatakan hal ini terbukti saat tim Gabungan Pengusaha Optik Indonesia (Gapopin), Dinkes Tulungagung dan Iropin menggelar bakti sosial pemberian kacamata gratis pada anak-anak, dari 150 unit yang sediakan, jumlah peminat membeludak. 

"Animonya cukup tinggi, melebihi dari prediksi kami. Ini salah satu bukti bahwa banyak anak-anak kita yang mengalami gangguan pada mata. Ini trennya memang terus naik," kata Asep Hermawan, Jumat (9/8/2019). 

Dari proses pemeriksaan mata yang dilakukan terhadap anak-anak usia SD tersebut, mayoritas mengalami minus atau rabun jauh dengan rentang antara 0.5 hingga 7. 

Tingginya anak yang mengalami gangguan mata diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya kebiasaan anak yang membaca pada kondisi gelap serta terlalu lama menggunakan gawai atau telepon pintar. 

"Karena mata anak itu memang masih tajam, sehingga banyak yang kurang perhatian terhadap kebiasaan anak yang kurang tepat tersebut," ujarnya. 

Selain kebiasaan buruk saat membaca, yang ikut berpengaruh terhadap kesehatan mata adalah terpenuhinya asupan gizi. Sehingga diharapkan pemenuhan gizi yang baik menjadi perhatian setiap keluarga. 

Asep menjelaskan, kebiasaan membaca di tempat gelap atau penggunaan gawai yang telalu lama akan berpengaruh langsung terhadap kualitas penglihatan. Padahal idealnya, aktivitas membaca maksimal adalah 20 menit dan mata harus diistirahatkan dengan melihat jauh. 

"Setiap 20 menit harus istirahat dan melihat jauh, karena lensa bola mata harusnya fleksibel. Kalau jauh memipih dan kalau dekat mencembung, kalau cembung terus jadi kaku," ujarnya. 

Sedangkan yang terjadi belakangan ini, anak-anak yang memiliki kebiasaan bermaim gim di telepon pintar bisa bertahan dalam waktu berjam-jam. Konsentrasi yang berlebihan itulah sering membuat mata menjadi tegang dan memicu gangguan penglihatan, akibatnya anak harus menggunakan kacamata. 

"Kalau tingkat gangguan mata sendiri bermacam-macam, sehingga ada kalanya yang bisa sembuh setelah pakai kacamata tapi ada juga yang meningkat. Makanya kami sarankan untuk periksa mata setiap 6 bulan sekali," imbuh Asep. 


Sementara itu Ketua Gappopin, Tulungagung, Bisri, mengatakan, pemberian kacamata gratis dilakukan di seluruh Indonesia. Di Tulungagung sendiri pihaknya menyediakan 150 unit kacamata untuk anak-anak usia SD. 

"Kami berharap dengan pemberian kacamata akan mendukung kegiatan belajar anak-anak, terlebih apabila di sekolah duduknya di belakang, sehingga kurang bisa paham terhadap pelajaran akibat penglihatan yang kurang baik," katanya. 

Sementara itu salah seorang, orang tua siswa, Nur Azizah, mengakui jika anaknya selama ini memiliki kebiasaan bermain gim di telepon pintar. Bahkan setiap kali bermain bisa mencapai dua jam. 

"Kadang sampai dua jam terus-menerus, saya berkali-kali mencegah tapi sangat sulit. Disisi lain, ayahnya justru mengizinkan. Tapi kalau sudah minus seperti ini kan kasian anaknya," jelasnya. 






Tulis Komentar