Luhut Menyebut Investasi Rp.55 T Masuk di Morowali
"Mereka mau masuk sampai US$4 miliar (total). Saat ini yang sudah mulai investasi mungkin nilanya US$1 miliar. Itu yang sudah groundbreaking (peletakan batu pertama proyek)," ungkap Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/7).
Sayangnya, Luhut enggan merinci nominal investasi yang diberikan oleh masing-masing perusahaan. Begitu pula dengan peta waktu terkait rencana pembangunan industri baterai dari tiap perusahaan.
Namun, ia menekankan masuknya para perusahaan asing ke dalam negeri sejatinya merupakan hal yang wajar. Sebab, pemerintah serius mengembangkan Morowali sebagai pusat industri baterai.
Hal tersebut, menurutnya, pada akhirnya berhasil menarik minat para perusahaan asing. "Mungkin porsinya sedikit-sedikit, tapi mereka masuk karena mereka melihat bahan baterai itu banyak di Indonesia," terangnya.
Sebelumnya, ia mengklaim pabrik bahan baku baterai lithium di kawasan IMIP akan menjadi pabrik bahan baku baterai terbesar di dunia. Pasalnya, seluruh proses akan terintegrasi di kawasan tersebut.
Pabrik tersebut merupakan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel yang bisa memproduksi 50 ribu ton per tahun. Kemudian, di dalam pabrik juga akan dibangun fasilitas pengolahan dan pemurnian hydroxites dan kobalt sebesar 4.000 ton per tahun.
Luhut menjamin investor yang masuk tidak sembarangan karena harus mengikuti aturan main di Indonesia. Disebutkan Luhut, pabrik yang dibangun setidaknya memenuhi empat kriteria yaitu, ramah lingkungan, ada alih teknologi, melibatkan tenaga kerja lokal dan memberikan nilai tambah nilai tambah.
Saat ini, kawasan IMIP mempekerjakan 30.028 tenaga kerja, 3.100 di antaranya merupakan tenaga kerja asing yang sebagian besar dari China dengan masa kontrak paling lama tiga tahun.
Tulis Komentar