Pemerintah Mencari Tahu Penyebab Anjoloknya Harga Ayam

Ilustrasi harga Ayam
KILASRIAU.com -- Pemerintah mengaku bakal mencari tahu penyebab anjloknya harga ayam beberapa waktu terakhir. Kendati belum tahu persis penyebabnya, pemerintah berjanji memperbaiki tata kelola industri peternakan ayam agar kejadian serupa tak berulang. 

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN menyebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution telah meminta agar dilakukan diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD)guna membahas persoalan tersebut. FGD akan dilakukan dalam 1-2 bulan ke depan dengan melibatkan seluruh pihak. 

"Pasokan (ayam) berlebih mungkin iya cuma penyebabnya apa kan perlu dicari tahu," ujar Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN usai mengikuti rapat koordinasi terkait harga pangan di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin (1/7).


Kendati harga ayam anjlok, Wahyu mengaku BUMN hingga kini belum mendapat tugas untuk membantu stabilisasi harga. Namun, menurut dia, Perum Bulog siap menyerap kelebihan pasokan jika memang dibutuhkan untuk membantu menurunkan harga. 


"Bulog kan sebelum lebaran juga ditugaskan beli ayam kan?" jelasnya. 

Namun, hingga saat ini, pemerintah belum memberikan penugasan kepada Bulog untuk membeli ayam di pasar kembali.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita berjanji pihaknya akan memperbaiki tata industri peternakan ayam secara berkelanjutan. Hal itu akan dilakukan agar anjloknya harga ayam tak terulang lagi. 

"Saya sudah diberikan arahan Pak Menteri (Menteri Pertanian) Amran Sulaeman (perbaikan) harus berkepanjangan. Jangan terulang kembali dari tahun ke tahun," jelasnya. 

Pada pekan lalu, menurut dia, Kementan sudah meminta perusahaan pembibitan ayam pedaging untuk melakukan afkir Parent Stock (PS) ayam ras broiler yang berumur di atas 68 minggu mulai 26 Juni hingga 9 Juli 2019 dan memangkas memangkas bibit ayam (Day Old Chick Final Stock/DOC FC) ras pedaging sebanyak 30 persen mulai 28 Juni hingga 12 Juli 2019. Afkir parent stockmerupakan peremajaan ayam yang sudah tua dengan cara memotong induk ayam yang telah hidup di atas usia muda.

Dampak psikologis atas kebijakan tersebut, lanjutnya, membuat harga ayam di tingkat peternak sudah mulai naik. Berdasarkan informasi yang diterimanya, harga ayam hidup hari ini di Jawa Tengah telah mencapai Rp17 ribu hingga Rp18 ribu per kg. Padahal, pekan lalu harga ayam jatuh hingga di kisaran Rp8.000 hingga Rp9.000 per kg.

Kendati demikian, ia mengaku menginginkan solusi jangka panjang. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah perantara (broker) ayam harus terdaftar resmi sehingga pemerintah mudah menelusuri jika ada turbulensi harga.

Selain itu, ia juga berharap perusahaan pembibit ayam atau integrator sebelum mengajukan impor bibit induk ayam(Grand Parent Stock/GPS) maupun ayam broiler komersial (final stock) melakukan analisis kebutuhan. Analisis ini bisa dituangkan dalam sebuah pakta integritas yang disertakan pada saat mengajukan izin impor. 

Di dalamnya, perusahaan juga memasukkan rencana penanganan jika terjadi kelebihan pasokan di pasar misalnya dengan menyediakan gudang dingin untuk penyimpanan (cold storage).

"Kalau butuh 10 kenapa minta 80. Kalau tidak dikasih 80 marah marah. Kan di situ turbulensinya," ujarnya.

Di saat yang sama, pemerintah juga harus memiliki komisi ahli yang bisa menganalisa kebutuhan pasar.

Lebih lanjut, menurut Diarmita, kondisi pasokan yang berlebih sebenarnya bisa dijadikan stok cadangan (buffer stock) asal terkendali.

"Buffer stock itu penting kalo ada force majeur, ada outbreak penyakit. Kalau tidak ada stok kan kelimpungan," ujarnya.






Tulis Komentar