Naik 4%, Aliran Investasi ke Asia Capai US$512 Miliar

Ilustrasi Inventasi

KILASRIAU.com -- Aliran investasi langsung asing (FDI) yang masuk ke negara-negara berkembang di Asia meningkat 3,9 persen menjadi US$ 512 miliar pada 2018.

Hal itu diketahui dari hasil Laporan Investasi Dunia 2019 atau World Investment Report 2019 yang diterbitkan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). UNCTAD merupakan badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang menangani isu perdagangan, investasi dan pembangunan.

Pertumbuhan investasi terjadi terutama di China, Hong Kong, Singapura, Indonesia, dan negara-negara lain yang menjadi anggota PBB Asia Tenggara. Tak hanya itu, India dan Turki juga masuk dalam catatan.

Wilayah Asia tetap menjadi penerima FDI terbesar di dunia, dengan menyerap 39 persen dari arus masuk global pada 2018, atau naik dari level serapan 2017 yang hanya 33 persen.

Di Asia Timur, total aliran dana asing yang masuk naik 4 persen menjadi US$280 miliar pada 2018, dengan mayoritas arus masuk ke China meningkat 4 persen ke level tertinggi sepanjang masa sebesar US$139 miliar. Angka itu menyumbang melebihi 10 persen dari total investasi dunia. Investor asing mendirikan sekitar 60 ribu perusahaan baru di Negeri Tirai Bambu pada 2018.

"Prospek aliran FDI ke Asia pada 2019 cukup optimis, berkat prospek ekonomi yang menguntungkan dan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan iklim investasi di beberapa ekonomi utama," ujar Direktur Divisi Investasi dan Korporasi UNCTAD James Zhan seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (14/6).

Di Asia Tenggara, tingkat investasi mencapai rekor US$149 miliar pada 2018, atau meningkat 3 persen dari periode tahun sebelumnya. Investasi dari ekonomi Asia dan investasi intra-ASEAN yang kuat mendukung pertumbuhan FDI di subregional.

Pertumbuhan ini didorong oleh investasi yang kuat, terutama di Singapura, Indonesia, Vietnam dan Thailand. Di sisi lain, aliran investasi asing ke Malaysia dan Filipina menurun.

Beberapa sektor yang menopang arus dana asing masuk antara lain, sektor manufaktur dan jasa, khususnya jasa keuangan, perdagangan ritel dan grosir. Hal itu termasuk pula ekonomi digital.

Arus dana ke Bangladesh dan Sri Lanka naik ke level rekor, yakni masing-masing menjadi US$3,6 miliar dan US$1,6 miliar. Pakistan mengalami penurunan investasi sebesar 27 persen menjadi US$2,4 miliar.


Arus dana asing ke Hong Kong naik 4 persen menjadi US$116 miliar, sebagian besar berasal dalam operasi sektor jasa.

FDI ke Korea Selatan turun 19 persen menjadi US$14 miliar karena penurunan signifikan dalam pinjaman antar perusahaan.

Di Asia Selatan, aliran dana asing meningkat 3,5 persen menjadi US$ 54 miliar. Investasi di India, sebagai negara penerima investasi terbesar di regional itu, naik 6 persen menjadi US$42 milia. Investasi terbesar berada di sektor manufaktur, komunikasi, jasa keuangan, serta aktivitas merger dan akuisisi lintas batas.
 


Di Asia Barat, peningkatan investasi terbesar berada di Turki dan Arab Saudi, yakni mengalami kenaikan sebesar 3 persen menjadi US$29 miliar, menghentikan tren penurunan terus menerus selama 10 tahun terakhir.






Tulis Komentar