Alfian M. Fajri: Spiderman Asal Solo Kini Juara Dunia

Foto: Antara Foto

KILASRIAU.com - Pemanjat Tebing nasional, Alfian M. Fajri, mengukukan menjadi juara dunia di seri Piala Dunia Chongqing, China. Pemuda 2 2tahun itu asli Solo, Jawa Tengah. 

Dalam video berdurasi kurang lebih 1 menit itu, Alfian dengan lincah memanjat dinding vertikal dalam waktu 5,970 detik. Dia meninggalkan rivalnya di final, pemanjat Ukraina Kostianyn Pavlenko yang menyusul di posisi dua dengan catatan waktu 6.310 detik. 

Pada Sabtu (27/4/2019), Alfian mengukuhkan dirinya sebagai juara dunia. Pemuda kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah 22 tahun silam itu sekaligus membalaskan dendam dua rekan yang disingkirkan Pavlenko. Ya, pemanjat Ukraina itu melaju ke final dengan mengalahkan dua pemanjat tebing Indonesia lainnya, Aspar Jaelolo di semifinal dan Fatchur Roji di perempatfinal.

Alfian juga terkejut dengan raihan itu. Dia mematok target empat besar. Pelatih juga minta agar hasilnya tak buruk-buruk amat, asal dapat poin untuk Olimpiade 2020.

Gelar juara itu terasa kian manis karena Alfian mengikuti jejak kekasihnya, Aries 'Spiderwoman' Susanti Rahayu, yang meraih gelar juara dunia tahun lalu, di ajang serupa, dan di kota yang sama. 

Cita-cita Kecil Menjadi TNI

Alfian mengenal panjat tebing sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Kemampuannya terasah di sekolah dan komunitas. Rumahnya tak jauh dari lapangan tempat berlatih pemanjat tebing yang tergabung dalam Federasi Panjat Tebing Indonaia (FPTI) Solo. 

Sejak itu, dia mendapatkan kesempatan tampil di kejuaraan daerah dan nasional. Jalan ke pelatnas terbuka, hingga bisa meraih medali perak bersama-sama pemanjat tebing putra lain di Asian Games 2018. 

Nah, karena Asian Games 2018 itulah Alfian yakin untuk tak menjadikan panjat tebing sekadar hobi. Cita-cita yang dirajutnya sejak kecil untuk menjadi TNI AD dipinggirkan. 

"Cita-cita saya sebenarnya bukan menjadi atlet panjat tebing. Olahraga itu hanya hobi. Impian saya sebenarnya menjadi TNI sejak kecil," ujar Alfian saat berbincang-bincang, Senin (29/4/2019).

"Jadi, rumah saya kebetulan dekat tempat latihan. Ya, lihat-lihat saja, suka, kok menantang ya. Kemudian, saya ikut-ikut tapi cuma senang karena hobi saja. Belum mau fokus bagaimana," ujarnya.

"Saya sempat ikut Kejurnas juga yang kejuaraan terbuka. Saya juga turun di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat, tapi gagal dan sempat ingin berhenti juga tapi enggak bisa," ujarnya kemudian tertawa.

Tapi, keinginan untuk kembali beradu kecepatan di papan vertikal tak bisa lenyap begitu saja. Jari-jari Alfian gatal untuk merayap di atasnya. 

"Hati saya enggak enak. Pikirannya ingin manjat saja. Ya, akhirnya balik lagi (manjat)," kata dia. 

Lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Alfian ternyata dibuat galau lagi. Dia yang harus melanjutkan cita-citanya dibuat bingung karena sudah kadung jatuh cinta dengan panjat tebing.

"Sebelum lulus sebenarnya sempat bingung juga karena saya sudah daftar tentara juga, hampir masuk karena sudah siapkan berkas-berkas juga. Tapi, saya pikir-pikir sudah deh fokus memanjat saja. Pekerjaan urusan belakangan saja," katanya.

"Sempat bicara dengan orang tua juga minta masukan. Apalagi, saat itu ada Asian Games juga, saya kemungkinan masuk pelatnas. Akhirnya, orang tua setuju dengan pilihan saya," dia menceritakan.

Keputusan Alfian untuk comeback ke arena panjat tebing itu tepat. Pemuda yang berulang tahun ke-22 pada 18 Januari itu dipanggil pelatnas. Waktu itu sih dia tak menjadi atlet inti, namun lawan latih tanding. Dalam prosesnya, dia justru bisa membuktikan diri untuk dipercaya masuk tim inti. Saat Asian Games 2018, bersamarekan-rekannya, Alfian mempersembahkan perak nomor speed beregu di Asian Games 2018.

"Alhamdullilah karena medali perak sekarang saya mendapat bonus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dari pemerintah," ujar sulung dari tiga bersaudara itu. 

Perbaiki Perekonomian Keluarga

Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, Alfian menyadari lumrah untuk turut menyokong keuangan negara. 

Keduanya orang tuanya bukannya tak memiliki pekerjaan, mereka membuka warung nasi. Tapi, dengan harus juga membiayai dua adiknya untuk sekolah dan dia sendiri batal masuk TNI, Alfian pun bertekad tak memberatkan keuangan orang tua. 

So, lewat panjat tebinglah dia mencari uang. Dari uang saku pelatnas dan hasil kejuaraan, Alfian bisa ikut bantu-bantu membangun rumah orang tuanya di Solo. 

"Dari memanjat saya bisa mengubah nasib saya, mengubah kehidupan orang tua. Saat ini saya proses bangun rumah untuk mereka," kata Alfian.

"Orang tua sehari-hari pedagang jualan makanan-makanan. Ada gorengan, nasi juga. Adik saya yang kedua masih kuliah, yang bungsu masih kecil," dia menjelaskan.

Alfian mengaku bersyukur dengan jalan yang dipilihanya ternyata berdampak baik bagi keluarganya. Karena prestasinya juga dia malah sempat juga ditawari untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kuliah. Tapi, dia menolak.

"Dulu sudah banyak yang nawari. Saya enggak ambil karena ingin fokus di panjat tebing dulu. Apalagi, ke depan ada Olimpiade 2020 Tokyo. Mimpi saya bisa main dan juara di sana," dia bertekad.






Tulis Komentar