Tanam 'Buah Surga' Yang Berada di Belakang Rumah, Milenial Ini Raup Puluhan Juta

Dede Abdul Halim memperlihatkan bibit tin jenis Green Jordan.

KILASRIAU.com - Petani muda di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sukses memanfaatkan lahan terbatas menjadi mesin penghasil uang. Dengan jeli, ia mengubah sepetak tanah di belakang rumahnya menjadi kebun dan persemaian buah tin. Meski bertani di lahan sempit, kini ia bisa meraup untung hingga puluhan juta rupiah setiap bulan. 

"Kebun ini hanya seluas 10 X 12 meter. Dulunya lahan tak terurus, penuh rumput dan semrawut. Daripada mubazir, lahan belakang rumah ini, saya buat kebun dan tempat persemaian buah tin," kata Dede Abdul Halim (31), petani asal Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya Karawang, saat ditemui di rumahnya, Kamis (4/4/2019). 

Dede mengaku terdorong menanam buah tin karena buah itu disebut dalam kitab suci Al Quran. Selain itu, kata Dede, buah tin dikenal punya banyak manfaat kesehatan. 

"Terlebih bisnis buah tin masih prospektif karena tergolong jarang, sedangkan peminat banyak," ujar Dede. 

Setiap bulan, kata Dede ia mendapat order paling sedikit seribu batang bibit buah tin. Dengan harga jual Rp 20 ribu per batang, Dede bisa meraup untung rata-rata Rp 20 juta setiap bulan. 

"Saya kirim bibit buah tin ke Bandung, Purwakarta, Subang bahkan sampai ke Lombok," tutur dia. 

Keuntungan yang diraih Dede makin berlipat jika pohon tin berbuah. Di pasaran, kata Dede harga jual buah tin cukup tinggi. Untuk satu kilogram buah masak, bisa mencapai Rp 200 hingga Rp 300 ribu. 

"Merawat pohon tin juga tidak merepotkan. Cuma perlu disiram dua hari sekali. Tidak perlu perawatan yang ribet," katanya.

Dede memulai bisnis buah tin empat tahun lalu. Lantaran memiliki urat petani dari ayahnya, ia memutuskan tak bekerja setelah kuliah jurusan pertanian. 
Keuntungan bisa berlipat ganda bagi yang mengulik bisnis pohon tin lebih dalam. Dede menuturkan untuk jenis pohon tin tertentu, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah per batang. 

"Selalu saja ada kolektor yang mencari pohon tin langka. Biasanya menghasilkan buah dengan warna unik, ada garis - garisnya," kata Dede.


"Saya memulai bisnis ini dengan modal dengkul. Ngumpulin informasi dan modal dari teman -teman komunitas petani buah tin," tutur Dede. 

Dede kemudian berkecimpung dalan jaringan komunitas petani tin dari wilayah Karawang, Purwakarta hingga Subang. Mereka kerap bertukar informasi dan seluk beluk tanaman tin. Kebanyakan, kata Dede anggotanya petani pemula usia muda. 

"Kami berbagi banyak hal dan saling bantu satu sama lain," tutur Dede. 

Setelah empat tahun berjalan, bisnis Dede mulai berkembang. Dia menyediakan berbagai jenis tin seperti Brown Turkey, Green Jordan dan Purple Jordan. Untuk merawat tanaman-tanaman itu, Dede mempekerjakan empat pemuda. Salah satunya Cahya Ningrat (19). 

"Di sini saya belajar sambil bekerja. Supaya tidak merepotkan orang tua," kata lulusan smk jurusan mesin itu. Cahya mengaku harus menunda cita-citanya menjadi pegawai pabrik lantaran tak juga dipanggil bekerja. 






Tulis Komentar