Mengupayakan Teh Jadi Tren di Dunia

Ilustrasi _ Peserta pameran menunjukan teh hasil perkebunan di Bali dalam Konferensi Teh Asia di Jakarta, Senin (17/12/2018).

KILASRIAU.com - Minum teh sudah lama jadi kebiasaan masyarakat Indonesia, terutama di perdesaan. Seringkali dijumpai orang-orang tua di desa menyeduh teh sampai batang dan daun teh mengambang di permukaan air di dalam cangkir.

Di kalangan masyarakat Tionghoa di Indonesia, ada tradisi pernikahan dengan memberikan minuman teh kepada orang tua sebagai simbol penghormatan. Minum teh memang memiliki kenikmatan tersendiri.

Seperti kopi yang sudah jadi tren, minum teh perlu dijadikan tren dan gaya hidup di kalangan anak muda atau kaum milenial saat ini. Selain khasiat yang bagus untuk kesehatan, tren minum teh berpotensi meningkatkan konsumsi teh di pasar domestik. Dengan peningkatan konsumsi itu, produksi dan harga komoditas teh diharapkan meningkat sehingga petani teh makin bergairah. Perkebunan dan industri pengolahan teh pun dapat berkembang.

Saat ini, konsumsi teh dinilai masih rendah, yaitu 350 gram per kapita per tahun. Angka itu perlu ditingkatkan jadi 500 gram per kapita per tahun. Dengan demikian, pelaku terpacu meningkatkan produksi dan produktivitas teh. Dari data yang ada, produksi teh tahun 2018 sekitar 140.000 ton dan ekspor teh mencapai 49.000 ton. Konsumsi lokal sekitar 100.000 ton per tahun yang sebagian dipenuhi dari impor. Impor teh diperkirakan mencapai 14.000 ton per tahun.

Saat ini, konsumsi teh dinilai masih rendah, yaitu 350 gram per kapita per tahun.

Peningkatan konsumsi dapat dipacu dengan mengoptimalkan produksi dalam negeri. Namun, ada sederet tantangan untuk mewujudkannya. Faktor harga jual dan harga produksi, misalnya, mempengaruhi kinerja perkebunan dan industri pengolahan. Harga jual yang relatif rendah seringkali tidak dapat menutup biaya produksi. Padahal, sebenarnya banyak jenis yang dapat dikonsumsi dan dijual dengan harga yang lebih tinggi.

Pekerja memetik pucuk daun teh di area perkebunan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI, Kayu Aro, Kerinci, Jambi, Senin (14/1/2019). Menurut data BPS nilai ekspor teh Indonesia sepanjang Januari hingga November 2018 mencapai 8.747 Dollar AS atau naik sebesar 183,13 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2017 senilai 3.089 Dollar AS.

Lalu, bagaimana mempromosikan minuman teh di masyarakat, termasuk di kalangan anak muda. Promosi tentu perlu dilakukan oleh semua lapisan masyarakat atau pemangku kepentingan. Pejabat pemerintah, misalnya, bisa saja menerima tamu dengan suguhan teh. Di industri perhotelan, tamu terutama wisatawan mancanegara dapat disuguhi “welcome drink” dengan teh yang dikemas dengan berbagai tradisi budaya nusantara.

Dari sisi kesehatan, kalangan anak perlu diberi pemahaman lebih luas mengenai manfaat teh bagi kesehatan. Literasi kesehatan tentu sebaiknya didukung dengan hasil riset ilmiah. Selain itu, inovasi produk teh perlu terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Tanpa usaha menghidupkan teh dan menjadikannya tren, cepat atau lambat, perkebunan dan industri pengolahan teh yang mulai dikembangkan sejak zaman kolonial berpotensi terus berkurang. Pada akhirnya, produksi terus turun dan berdampak pada pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja di industri pengolahan teh. Kini tren penurunan produksi memang terjadi.

Sebagai gambaran, dari data Dewan Teh Indonesia (DTI), produksi teh tahun 2009 mencapai 155.000 ton. Namun, tahun 2018, produksi teh turun jadi sekitar 140.000 ton. Ekspor teh pada tahun 2009 mencapai 90.000 ton, tetapi pada 2018 hanya 49.000 ton.

Remaja bersantai sembari menikmati minuman teh di Gaia Tea and Cakes, Jalan Kemang Raya, Jakarta, Kamis (12/11).

Selain itu, luas lahan teh juga berkurang seiring alih fungsi perkebunan teh. Tahun 2017, dari data Kementerian Pertanian, luas perkebunan teh sekitar 103.000 hektar. Padahal, pada tahun 2008 masih tercatat seluas 127.000 hektar. Dengan luasan itu dan produksi sekitar 140.000 ton, Indonesia termasuk produsen teh terbesar ketujuh di dunia setelah China, India, Kenya, Srilanka, Turki, dan Vietnam.

Perbaikan di hulu dinilai perlu selain di hilir melalui revitalisasi pabrik pengolah dan promosi produk. Sejumlah tantangan pengembangan perkebunan dan industri pengolahan perlu diatasi, misalnya, dengan revitalisasi tanaman yang sudah tua dan rusak, penggunaan bibit unggul, pemeliharaan tanaman secara intensif dengan memberikan insentif kepada petani, pengembangan riset dan teknologi, termasuk pengembangan produk, dan mempertahankan atau menetapkan zona perkebunan teh, terutama perkebunan yang sudah ada saat ini, agar tidak tergerus alih fungsi lahan.

Dengan kondisi itu, pelaku usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap pemerintah menentukan langkah-langkah strategis untuk mempromosikan teh serta mengembangkan perkebunan dan industri pengolahan teh. Harapannya, industri pengolahan teh Tanah Air dapat tumbuh dan berkembang, seperti halnya perkebunan dan industri pengolahan kopi atau kelapa sawit.






Tulis Komentar