Belajar dari Ceko, Negara yang Kecil Sukses Tangani Stroke

Indonesia bisa mencontoh Ceko untuk penanganan stroke. Foto: Thinkstock

KILASRIAU.com - Stroke hingga kini masih menjadi salah satu penyakit katastropik dengan jumlah kasus tertinggi. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyatakan, pada Januari-Desember 2018 sudah ada 2.075.448 kasus stroke dengan total biaya mencapai Rp 2,56 miliar.

Sayangnya tak semua pasien stroke bisa sembuh tanpa mengalami disabilitas. Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang telat mendapat penanganan, akibat kesulitan akses atau keterbatasan fasilitas kesehatan. Pada kasus stroke akibat penyumbatan, pasien telat mendapat obat atau terapi lain untuk menghilangkan sumbatan.

Kondisi Indonesia ternyata pernah dialami Republik Ceko belasan tahun sebelumnya. Jumlah pasien stroke yang mendapat terapi penghancuran sumbatan di pembuluh darah (thrombectomy) sangat sedikit akibatnya angka kematian, kecacatan, dan biaya pengobatan yang dikeluarkan pemerintah sangat tinggi. Saat ini sekitar 20 persen pasien stroke bisa tertangani yang meningkatkan peluang pulih dan mencegah disabilitas.

"Ceko bukan negara kaya namun kami punya sistem yang efektif sehingga pasien stroke bisa ditangani dengan cepat dan tepat. Kondisi Indonesia dan Ceko sebetulnya hampir sama untuk densitas penduduk, serta total jaminan sosial untuk stroke di angka 1200 Euro atau setara Rp 19 juta.

Indonesia tentu bisa membuat program penanganan stroke yang efektif," kata Kepala Program Riset Stroke Robert Mikulik dari St. Ann's University Hospital di Brno, Ceko pada seminar terkait penanganan stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Jumat (01/03/2019).

Adanya sistem yang efektif sangat bergantung pada komitmen pemerintah dan organisasi profesi terkait penanganan stroke. Mikulik mengatakan, komitmen memungkinkan unit penanganan strok tersedia hampir di seluruh rumah sakit di Ceko.

Unit tentunya memiliki tenaga dan teknologi kesehatan memadai yang dibuktikan sertifikasi dari pemerintah. Pemerintah Ceko sebelumnya juga menyusun panduan nasional penanganan stroke yang mudah dipahami tenaga kesehatan, serta digunakan di tiap rumah sakit.

Ceko juga masih membekali diri dengan kelengkapan data dan analisa, sehingga pasien bisa mengakses layanan sesuai golden time periode yaitu kurang dari 4,5 jam.

Hasilnya, pemerintah Ceko memberi akses khusus bagi ambulans yang membawa pasien supaya bisa lebih cepat sampai di rumah sakit. Ceko juga melakukan sosialisasi pencegahan dan penanganan stroke untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Senada dengan Mikulik, Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) dr Musyid Bustami SpS (K), KIC, MARS juga yakin Indonesia mampu seperti Ceko. Apalagi pada praktiknya penanganan stroke tidak perlu teknologi yang terlalu canggih.

Rumah sakit minimal harus memiliki CT Scan untuk mengetahui penyebab stroke dan dokter ahli saraf untuk menangani stroke.

"Tidak perlu kaya untuk punya unit penanganan stroke di tiap rumah sakit. Kita bisa mulai dari rumah sakit tipe A dan B yang biasanya punya CT Scan dan dokter ahli saraf. Dari situ semua diatur sistem sehingga penanganan bisa cepat dan efektif," kata dr Musyid. 






Tulis Komentar