Saran Untuk Jokowi dan Prabowo di Debat Capres Agar Dapat Simpati Rakyat

KILASRIAU.com - Sosiolog Universitas Indonesia, Imam B Prasodjo berharap momentum debat capres - cawapres pertama pada 17 Januari nanti memiliki pengaruh besar terhadap voters. Karena itu, dia menyarankan baik Jokowi - Ma'ruf atau Prabowo-Sandiaga menjawab pertanyaan secara spontan, singkat, dan jelas.

"Kita bukan paparan akademis dan presentasi mahasiswa yang kemudian dikasih soal oleh dosennya. Itu bukan yang coba kita dengar. Tapi kita ingin ada spontanitasnya bagaimana, dan dia nggak perlu tahu detail kayak peneliti," ujar Imam usai diskui bertajuk 'Pemilu, Hoaks, dan Penegakan Hukum' di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa (15/1).

Jawaban para kandidat diharapkan bersifat argumantatif, bukan sekadar teori. Dengan begitu masyarakat mudah menilai bagaimana kandidat pemimpinnya menyikapi berbagai persoalan hukum, HAM, Korupsi, dan terorisme.

"Kita ingin hal-hal yang sifatnya bird view. Bagaimana elang itu melihat masalah secara global, dan make senses, bukan detail data-data kayak pemaparan peneliti dalam memaparkan masalah," ucapnya.

Selain itu, pertanyaan yang dilontarkan kepada lawan juga harus strategis terkait permasalahan bangsa. "Bukan cuma mau buat orang susah," kata Imam.

Lebih lanjut, setidaknya ada empat hal yang membuat debat perdana ini penting menurut Imam. Pertama, debat tersebut merupakan kepentingan publik untuk mengetahui lebih dalam calon pemimpinnya.

"Seberapa jauh sih sebetulnya passion dia, kedalaman dia, keinginan dia dalam engagement untuk memahami dan juga ikut menyelesaikan masalah-masalah ini. Orang kan ingin tahu nih, misal ngomongin korupsi, dia greget nggak sih. Itu yang ingin kita lihat," ujarnya.

Kedua, publik bisa menilai integritas calon pemimpinnya melalui debat terbuka tersebut. Publik, kata Imam, nantinya dapat menilai mana kandidat yang jujur, bertanggung jawab, memiliki sense of justice, dan rasa keadilan.

Selanjutnya, publik juga akan menilai kapasitas kedua pasangan kandidat dalam memimpin pemerintahan, termasuk wawasannya di bidang birokrasi dan teknis lainnya.

"Baru yang keempat leadership. Kan dia harus membawa sebuah visi ke depan. Ini bukan hanya sekadar manager kantor yang mengatur hal-hal yang sifatnya teknis keseharian. Tapi ingin punya ke depan apa sih yang dibawa negeri ini. Spontanitas itu akan sangat penting," ucap Imam menandaskan.






Tulis Komentar