Pria Lansia 62 Tahun Dipaksa Jadi Tentara, Wajib Militer Tajikistan Dikecam

KILASRIAU.com - Angkatan Darat Tajikistan telah menyelesaikan prgram wajib militer sepanjag musim gugur ini.

Namun, proses ini mendapat kritikan karena warga dipaksa masuk militer termasuk seorang pria berusaia 62 tahun yang sedang berjalan-jalan di malam hari.

Juru bicara militer Orif Nozimiyon kepada situs berita ASIA-Plus mengatakan, proses perekrutan ini berlangsung delapan hari dan berakhir pada Jumat (30/11/2018).

Menjadi personel militer tidak begitu disukai warga negeri bekas Uni Soviet ini. Apalagi para wajib militer kerap mengeluhkan kondisi yang buruk dan perundungan.

Banyak laporan menyebut para petugas rekrutmen militer mendatangi pasar atau daerah ramai lainnya untuk memaksa warga masuk tentara.

Laporan semacam ini membuat Kementerian Pertahanan Tajikistan menegaskan untuk tahun ini pihaknya meminta warga mendaftar demi rasa nasionalisme.

"Perwakilan kemenhan memastikan tak perlu pemaksaan dalam prekrutan anggota militer baru tahun ini. Proses perekrutan akan dilakukan sesuai dengan cara yang legal," demikian situs berita Akhbor.

Menurut situs berita Akhbor, seorang guru bahasa Rusia dari distrik Rasht bernam Firuz Tabakov adalah korban perekrutan tentara.

Dia diambil dari sekolahnya dan langsung dibawa ke markas angkatan darat di dekat ibu kota Dushanbe. Padahal sejak 2000 pemerintah mengecualikan guru desa dalam proses wajib militer.

Keluarga Firuz mengatakan bahwa istri, anak, orangtua, dan kakeknya kini kehilangan satu-satunya pencari nafkah. Dan, sekolah di desa itu juga kehilanan satu-satunya guru bahasa Rusia.

Kasus lebih aneh menimpa Bobomurod Rajabov. Pria 62 tahun ini mengatakan, petugas rekrutmen berusaha memasukkannya ke dalam mobil di kota Vahdat tak jauh dari Dushanbe.

Bobomurod, kepada harian SSSR, mengatakan bahwa para petugas rekrutmen itu memaki dan memukulinya.

"Kenapa kamu menghindari wajib militer? Mengapa kamu tidak masuk tentara? Padahal saya sudah katakan, usia saya sudah tua dan sebaya ayah mereka," ujar Bobomurod.

Bobomurod mengatakan, para petugas itu agaknya menduga dia masih berusia muda hingga topiya terlepas dan para tentara itu menyadari kesalahan mereka.

Di hari berikutnya, Bobomurod melapor ke polisi, tetapi mereka menolak menerima pengaduannya.

"Jika orang tua seperti saya saja diperlakukan demikian, bagaimana dengan orang yang lebih muda?' kaa Bobomurud kepada harian SSSR.

Sementara itu, pemerintah distrik Lkahsh di wilayah timur negeri itu dikabarkan begitu marah saat beberapa desa tak menyumbangkan satu orang pun untuk wajib militer.

Sebagai hukumannya, pemerintah mngurangi pasokan listrik ke sejumlah desa tersebut.

"Listrik dipadamkan selama 10 hari dan pemerintah bahkan mengancam tidak akan memberikan listrik jika tidak ada warga yang masuk tentara," ujar seorang warga desa Kushaghba keada Radio Liberty siaran bahasa Tajik.

Minimnya anak muda yang masuk militer dari distrik Lakhsh karena mendapatkan pengecualian karena sedang duduk di bangku kuliah atau bekerja di Rusia.






Tulis Komentar