Greenland di Piala Sudirman 2019: Kalah Menang Tidak Jadi Masalah

Greenland di Piala Sudirman 2019: Kalah Menang Tidak Jadi Masalah
Foto: Novitasari Dewi Salusi/detikSport

KILASRIAU.com - Pebulutangkis Greenland antusias tampil di Piala Sudirman 2019, meskipun menyadari kekuatan mereka tak ada apa-apanya dibandingkan tuan rumah China. Buat mereka, kalah memang bukan soal besar. 

Greenland menjadi salah satu kontestan Piala Sudirman 2019 yang digelar di Nanning, China, 19-26 Mei. Mereka tergabung di Grup 4 bersama Kazakhstan dan Makau.

Selama ini, sulit mendengar nama pebulutangkis dari 'Tanah Hijau' itu tampil di ajang internasional menghadapi pebulutangkis Indonesia. Tapi rupanya, bagi negara yang terletak di antara Samudra Arktik dan Samudra Atlantik itu, bulutangkis merupakan olahraga terpopuler ketiga, cuma kalah dari sepakbola dan handball.

"Sulit untuk menjelaskan kenapa badminton jadi olahraga terpopuler ketiga di Greenland. Banyak orang memainkannya hanya sekadar untuk senang-senang atau untuk kompetisi lokal. Banyak orang memainkannya dan mereka menikmatinya, bisa ngobrol saat reli," ujar Toke Ketwa-Driefer, salah satu pebulutangkis putra Greenland, yang ditemui usai pertandingan melawan Kazakhstan, Selasa (21/5/2019).
 

Meski demikian, agak sulit bagi para pemain Greenland untuk mencari lapangan bulutangkis. Di tempat mereka tinggal, Nuuk yang merupakan ibu kota Greenland, ada tiga aula namun harus berbagi dengan olahraga lain. Sementara, perlengkapan bulutangkis didatangkan dari Denmark.

Dalam satu tahun, hanya ada satu turnamen nasional bulutangkis di Greenland. Kadangkala ada 3-4 turnamen, namun dalam skala yang amat kecil.

Para pemain Greenland pun tak banyak mengikuti turnamen internasional. Sebab, biaya yang harus dikeluarkan untuk bepergian dari Greenland sangat tinggi. Dengan hanya satu bandara internasional di Greenland, biaya penerbangan sangat mahal dengan totalnya bisa mencapai ribuan euro.

Tahun ini saja, sebagian besar pemain Greenland baru satu kali mengikuti turnamen internasional. Mereka ambil bagian di Islandia Internasional --turnamen BWF level Future Series-- pada Januari.

Makanya, kesempatan berlaga di Piala Sudirman 2019 di China tak dilewatkan begitu saja. Meski hanya bertanding dua kali, melawan Makau dan Kazakhstan, pengalaman untuk merasakan salah satu turnamen bulutangkis beregu terbesar di dunia itu terlalu berharga untuk dilewatkan.

"Karena, kami mencoba untuk memainkan lebih banyak pertandingan. Di Greenland mungkin kami cuma main tiga kali dalam satu tahun. Jadi, bermain dengan negara lain adalah hal baru buat kami, jadi tentu kami ingin mencobanya," ujar Sara Lindskov Jacobsen, tunggal putri nomor satu Greenland.

Skuat bulutangkis Greenland di Piala Sudirman 2019 diperkuat delapan pemain (4 putra, 4 putri). Mereka juga bukan pebulutangkis profesional. Pebulutangkis Greenland memiliki pekerjaan utama lain, di antaranya sebagai pelajar, pegawai negeri, pegawai kantoran, dan musisi.

Greenland menelan kekalahan dalam dua pertandingannya melawan Makau dan Kazakhstan dengan hanya mencuri kemenangan di satu partai. Satu-satunya kemenangan Greenland dipersembahkan Sara saat melawan Kazakhstan.

Kekalahan itu tak menjadi masalah besar bagi Greenland. Mereka justru menjadikan Piala Sudirman 2019 sebagai pengalaman yang sangat berharga. Bertanding di arena yang begitu besar di negara penggila bulutangkis seperti China menjadi sesuatu yang baru bagi mereka.

"Kalah tentu tidak menyenangkan, tapi bermain di China itu luar biasa, di arena yang luar biasa," kata Ketwa-Driefer.

"Kami tahu level kami tidak sama dengan yang lain, tapi bisa datang ke sini mewakili negara kami, itu menakjubkan. Kami melakukan yang terbaik meski mungkin kami kadang kalah," ujar dia. 

"Kami ingin terus berkembang setiap hari dan berkompetisi di turnamen seperti ini, baik besar maupun kecil, dan sebisa mungkin meningkatkan kemampuan kami," Ketwa-Driefer menambahkan.