Korut Akui Mengalami Kekeringan Ekstrem

Korut Akui Mengalami Kekeringan Ekstrem
Ilustrasi

KILASRIAU.com - Korea Utara (Korut) dilaporkan mengalami curah hujan dan salju dengan level terendah dalam 37 tahun terakhir, pada tahun ini. Media nasional Korut menyebut situasi ini sebagai 'kekeringan ekstrem'. 

Rezim komunis yang terisolasi dan miskin ini telah sejak lama berjuang untuk mengatasi kekurangan pangan kronis. Situasi diperparah oleh sanksi-sanksi ekonomi yang diterapkan negara-negara Barat terhadap Korut terkait program senjata nuklir dan rudal balistik mereka.

Sejumlah organisasi internasional, termasuk Program Pangan Dunia PBB (WFP), telah mengatakan bahwa bencana kecil, termasuk kekeringan, bisa secara signifikan memperburuk dan menghambat produksi pangan di Korut.


Direktur Eksekutif WFP, David Beasley, menuturkan awal pekan ini bahwa dirinya 'sangat khawatir' soal situasi pangan di Korut. Hal itu diungkapkan Beasley dalam pertemuan terbaru dengan Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Kim Yeon-Chul di Seoul. 
Seperti dilansir AFP, Rabu (15/5/2019), kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyatakan bahwa dari Januari hingga awal Mei tahun ini, Korut hanya menerima 54,4 mm hujan atau salju. Jumlah itu tercatat sebagai jumlah terkecil sejak periode yang sama pada tahun 1982 silam.

KCNA menyebut situasi yang sedang terjadi di Korut saat ini sebagai 'sebuah kekeringan ekstrem'. 

Bulan lalu, WFP dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan dalam laporan gabungan bahwa hasil panen Korut tahun lalu mencapai titik terendah sejak tahun 2008. Kedua organisasi PBB itu memperkirakan 10 juta orang -- 40 persen dari total populasi Korut -- membutuhkan pangan secara mendesak.

"Situasinya bisa semakin memburuk saat musim paceklik dari Mei hingga September, jika tidak ada langkah kemanusiaan yang tepat dan mendesak yang diambil," sebut laporan kedua organisasi PBB itu. 
 


Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat Kementerian Unifikasi menyebut sangat diperlukan untuk mengirimkan bantuan pangan ke Korut, khususnya antara bulan Mei dan September, seperti direkomendasikan laporan WFP.

Istana Kepresidenan Korsel menyatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendukung rencana Korsel untuk menyalurkan bantuan pangan kemanusiaan untuk Korut. Tahun 2017, Korsel berniat mengirimkan produk nutrisi senilai US$ 4,5 juta ke Korut melalui WFP namun gagal karena uji coba nuklir. 

Dituturkan Federasi Palang Merah Internasional, pekan lalu, bahwa kekeringan yang dialami Korut tahun ini bisa memperburuk 'kelaparan, kurang gizi dan gangguan kesehatan' bagi 'ribuan anak, wanita hamil dan menyusui' di Korut.